Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kebijakan Uang Ketat dan Dampaknya pada Biaya Modal

Kebijakan Uang Ketat dan Dampaknya pada Biaya Modal

Kebijakan uang ketat merupakan kebijakan bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Namun, tahukah kamu bahwa kebijakan ini memiliki dampak yang besar terhadap biaya modal perusahaan?

Pada tulisan ini, saya akan membahas mengenai apa itu kebijakan uang ketat dan bagaimana kebijakan ini memengaruhi biaya modal perusahaan.

Pengertian Kebijakan Uang Ketat dan Biaya Modal

Kebijakan uang ketat merupakan kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral, yang bertugas mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. Mengapa kebijakan ini dilakukan? Salah satunya adalah untuk mengendalikan inflasi, yaitu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum. Ketika inflasi terlalu tinggi, maka harga-harga menjadi mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat.

Sementara itu, biaya modal mengacu pada biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan saat membutuhkan dana untuk beroperasi atau melakukan investasi. Biaya modal ini bisa berupa biaya pinjaman dari obligasi ataupun biaya saham. Jadi, ketika perusahaan membutuhkan dana, perusahaan harus membayar biaya tertentu untuk memperoleh sumber pembiayaan tersebut.

Jadi, kebijakan uang ketat dilakukan oleh bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar inflasi dapat dikendalikan, sementara biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan.

Bila kamu ingin mempelajari mengenai bagaimana cara menghitung biaya modal perusahaan, kamu dapat mempelajarinya di tulisan saya yang berjudul "Menghitung Biaya Modal Perusahaan (WACC)".

Mengapa Kebijakan Uang Ketat Memengaruhi Biaya Modal?

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kebijakan uang ketat dapat berdampak pada biaya modal perusahaan?

Jadi, ketika bank sentral menerapkan kebijakan uang ketat, salah satu dampak utamanya adalah kenaikan suku bunga. Nah, suku bunga ini sebenarnya adalah biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan ketika mengandalkan pendanaan dari pinjaman bank atau penerbitan obligasi.

Sekarang, jika suku bunga naik. Apa yang selanjutnya terjadi? Tentu biaya pinjaman perusahaan juga akan meningkat. Artinya, perusahaan harus membayar lebih banyak uang untuk bunga pinjaman yang diambilnya. Dengan demikian, biaya modal perusahaan menjadi lebih tinggi.

Hal ini dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam mengambil pinjaman atau mencari sumber pembiayaan lainnya. Perusahaan perlu mempertimbangkan dengan hati-hati apakah biaya tambahan yang harus dibayarkan sebagai bunga tersebut sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh dari pembiayaan tersebut.

Bicara perbandingan antara manfaat dengan biaya modal, maka bicara mengenai capital budgeting. Ada beberapa metode capital budgeting yang biasa digunakan perusahaan, yaitu NPV dan Payback Period

Nah, intinya, ketika bank sentral menerapkan kebijakan uang ketat dan menaikkan suku bunga, hal ini dapat berdampak pada biaya modal perusahaan karena peningkatan biaya pinjaman yang harus dibayar.

Instrumen Kebijakan Uang Ketat dan Pengaruhnya terhadap Biaya Modal

Untuk memahami bagaimana pengaruh kebijakan uang ketat terhadap biaya modal, penting bagi kamu untuk memahami beberapa instrumen kebijakan uang ketat. 

Adapun beberapa instrumen kebijakan uang ketat adalah menaikkan suku bunga, menjual SBI, dan meningkatkan cadangan kas minimum.

Berikut saya akan menjelaskan masing-masing pengaruh instrumen kebijakan tersebut pada keuangan perusahaan.

Pengaruh Kebijakan Uang Ketat pada Biaya Modal Perusahaan

Kenaikan Suku Bunga dan Biaya Pinjaman

Ketika bank sentral menaikkan suku bunga, maka hal ini memengaruhi biaya pinjaman perusahaan. Biaya pinjaman adalah uang yang harus dibayar perusahaan ketika meminjam uang dari bank atau obligasi. Ketika suku bunga naik, perusahaan harus membayar lebih banyak beban bunga atas pinjamannya. Akibatnya, biaya modal perusahaan menjadi lebih tinggi.

Dampak kenaikan biaya modal ini berpengaruh pada perusahaan dalam beberapa cara. Pertama, perusahaan mungkin memiliki keterbatasan dana yang tersedia untuk investasi dan pengembangan bisnis. Biaya pinjaman yang lebih tinggi berarti bahwa perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membayar bunga, dan ini dapat mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk digunakan dalam aktivitas investasi. Sebagai contoh, jika perusahaan berencana membeli aset tetap baru atau membuka cabang baru, kenaikan biaya modal dapat menimbulkan kesulitan untuk mendapatkan dana yang cukup untuk merealisasikan rencana itu.

Selain itu, kenaikan biaya modal juga dapat memengaruhi kemampuan perusahaan mengembangkan bisnisnya. Perusahaan mungkin membutuhkan dana tambahan untuk melakukan ekspansi atau inovasi, tetapi dengan biaya pinjaman yang tinggi, perusahaaan mungkin lebih berhati-hati dalam mengambil risiko. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan perusahaan dan menghambat kesempatan untuk memperluas operasinya.

Penjualan SBI dan Likuiditas Perusahaan

Selain kenaikan suku bunga, bank sentral juga dapat memengaruhi biaya modal perusahaan melalui penjualan surat berharga, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 

Jadi, ketika bank sentral menjual SBI, perusahaan dan individu yang berinvestasi dalam instrumen tersebut kemungkinan besar akan membelinya. Ketika mereka membeli SBI, mereka akan mengalihkan sebagian dana yang sebelumnya tersedia untuk digunakan dalam kegiatan ekonomi, seperti investasi atau konsumsi, ke pembelian SBI. Sehingga, saat bank sentral menjual SBI, hal ini dapat berdampak pada likuiditas perusahaan.

Apa itu likuiditas? Likuiditas adalah ketersediaan uang tunai atau aset yang mudah dijual dan diubah menjadi uang tunai. Ketika penawaran uang yang beredar di pasar berkurang akibat penjualan SBI oleh bank sentral, likuiditas perusahaan juga terpengaruh. Ini berarti perusahaan mungkin saja mengalami kesulitan mendapatkan dana tambahan untuk investasi atau kegiatan operasional harian.

Dampak dari likuiditas yang terbatas ini pada akhirnya memengaruhi rencana pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan mungkin perlu mengandalkan sumber daya yang ada dengan lebih hati-hati, dan dalam beberapa kasus, bahkan harus menunda atau mengurangi proyek investasi yang direncanakan. Dalam situasi yang ekstrem, perusahaan bahkan mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

Penting bagi perusahaan untuk memantau kebijakan penjualan SBI oleh bank sentral dan memahami dampaknya terhadap likuiditas perusahaan. Dengan memperhitungkan situasi likuiditas yang mungkin berubah, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola risiko dan mencari alternatif pembiayaan yang sesuai, seperti mencari sumber pendanaan dari pihak lain atau mengoptimalkan penggunaan laba ditahan.

Peningkatan Cadangan Kas Minimum dan Keterbatasan Kredit

Ketika bank sentral meningkatkan persyaratan cadangan kas minimum bagi bank umum, hal ini dapat berdampak pada ketersediaan dana pinjaman yang dapat disalurkan ke perusahaan. 

Cadangan kas minimum adalah jumlah uang yang harus disimpan oleh bank sebagai cadangan, yaitu sebagian dari dana yang diterima dari nasabah. Ketika persyaratan ini meningkat, bank harus menyimpan lebih banyak uang sebagai cadangan, yang berarti bank tersebut memiliki keterbatasan pada jumlah dana yang dapat dipinjamkan kepada perusahaan dan individu.

Keterbatasan kredit ini dapat mempengaruhi perusahaan dalam beberapa cara. Pertama, perusahaan mungkin menghadapi kesulitan memperoleh pinjaman yang dibutuhkan untuk membiayai proyek-proyek baru, memperluas operasi bisnis, atau melakukan investasi lainnya. Perushaaan mungkin harus mencari alternatif pembiayaan, seperti menerbitkan saham biasa atau melepas asetnya.

Kedua, dengan keterbatasan kredit, perusahaan juga mungkin perlu mengelola arus kasnya dengan lebih efisien. Perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dan menggunakan dana yang ada agar dapat memenuhi kewajiban keuangannya secara tepat waktu. 

Dalam menghadapi keterbatasan kredit, perusahaan dapat mencari solusi alternatif, seperti mencari sumber pembiayaan lain, mengoptimalkan penggunaan dana internal, atau menjaga cadangan kas yang memadai. Dengan demikian, perusahaan dapat tetap beroperasi secara efektif dan memenuhi kebutuhan keuangannya dengan biaya yang terjangkau.

Strategi Menghadapi Kebijakan Uang Ketat bagi Perusahaan

Saat perusahaan menghadapi kebijakan uang ketat, ada setidaknya dua strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi situasi tersebut, yaitu diversifikasi sumber pembiayaan dan efisiensi operasional dan pengelolaan risiko. 

Diversifikasi Sumber Pembiayaan

Diversifikasi Sumber Pembiayaan

Perusahaan dapat mencari alternatif pembiayaan yang lebih murah dan lebih terjangkau. Salah satu opsi yang bisa dipertimbangkan adalah penerbitan saham. Dengan menerbitkan saham, perusahaan dapat menjual sebagian kepemilikannya kepada investor. Dalam hal ini, pemegang saham akan membeli saham perusahaan dan menikmati keuntungan perusahaan. Penerbitan saham dapat memberikan perusahaan dana segar tanpa harus membayar bunga seperti pada pinjaman.

Selain mencari sumber pembiayaan yang baru, perusahaan juga dapat memperkuat modal sendiri. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan rasio laba yang ditahan (retained earnings). Memperkuat modal sendiri akan membantu perusahaan mengurangi kebutuhan meminjam uang dari bank atau lembaga keuangan lainnya.

Efisiensi Operasional dan Pengelolaan Risiko

Perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan pengelolaan risiko yang lebih baik. Ini artinya, perusahaaan harus mengidentifikasi dan mengurangi pemborosan, meningkatkan produktivitas, dan mengelola risiko dengan lebih hati-hati. Dengan meningkatkan efisiensi operasional, perusahaan dapat mengurangi biaya produksi dan operasional secara keseluruhan, sehingga mengurangi ketergantungan pada pembiayaan eksternal.

Selain itu, pengelolaan risiko yang lebih baik akan membantu perusahaan mengurangi kemungkinan terjadinya masalah keuangan yang tak terduga. Perusahaan dapat menggunakan instrumen keuangan, seperti asuransi atau hedging, untuk melindungi diri dari fluktuasi harga atau risiko bisnis lainnya. Dengan mengurangi risiko, perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor dan lembaga keuangan, yang pada gilirannya dapat membantu perusahaan tersebut mendapatkan akses ke pembiayaan yang lebih murah.

Penutup

Kebijakan uang ketat dapat memiliki dampak yang signifikan pada biaya modal perusahaan. Dengan adanya kenaikan suku bunga, penerbitan SBI, dan peningkatan cadangan kas minimum, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi situasi ini.

Dalam menghadapi kebijakan uang ketat, perusahaan perlu menyesuaikan kebijakan keuangan, mencari alternatif pembiayaan, dan meningkatkan efisiensi operasionalnya. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat tetap bertahan dan berkembang meskipun menghadapi kebijakan uang ketat.

Terima kasih telah membaca.

Ardya

Get in touch with me for accounting and financial discussion, training, and services: