Perlakuan Akuntansi atas Penerbitan Saham Biasa

Akuntansi buat nerbitin saham biasa itu ngatur catetan apa aja yang perlu dibikin perusahaan pas mereka nerbitin saham biasa.
Ekuitas pemilik di neraca perusahaan itu ada dua bagian, yaitu modal disetor sama laba ditahan.
Modal disetor itu duit atau aset lain yang disetor ke perusahaan sama pemegang saham buat dapetin saham perusahaan. Saham biasa ngasih investor beberapa hak terhadap perusahaan.
Nah, kalau laba ditahan itu kumpulan untung rugi perusahaan yang nggak dibagiin sebagai dividen.
Penerbitan Saham Biasa Perusahaan
Perusahaan nerbitin saham biasa buat dapetin duit baru buat ngebiayain aktivitas operasional atau investasinya.
Perusahaan bisa jual saham langsung ke investor atau lewat penjamin emisi efek, contohnya kayak Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan lain-lain.
Jumlah yang diterima perusahaan pas nerbitin saham biasa itu namanya harga penerbitan. Harga penerbitan itu biasanya di atas nilai nominal saham, soalnya harga nominal biasanya dibikin rendah. Selisih antara harga penerbitan sama nilai nominal itu disebut agio saham.
Nerbitin saham biasa itu cuma ngaruh ke modal disetor, bukan ke laba ditahan.
Ini contoh neraca parsial yang nunjukkin ekuitas pemilik ya:
Akun | Saldo |
---|---|
Modal Disetor: | |
Saham Biasa - xxx par value, xxx lembar beredar | xxx |
Agio Saham Biasa | xxx |
Total Modal Disetor | xxx |
Laba Ditahan | xxx |
Total Ekuitas Pemilik | xxx |
Akuntansi Penerbitan Saham Biasa dengan Nilai Nominal
Pas saham biasa diterbitin di nilai nominalnya (at par value), catetan buat transaksinya itu nge-debit aset yang diterima sama nge-kredit saham biasa.
Kalau harga penerbitannya lebih tinggi dari nilai nominalnya (at a premium), selisihnya dicatet dengan nge-kredit agio saham biasa.
Kalau harga penerbitannya di bawah nilai nominalnya (at a discount), selisihnya di-debit ke agio saham biasa (kalau saldonya ada). Tapi, kalau saldo agio saham biasanya nol, selisihnya itu di-debit ke laba ditahan.
Anggap aja PT XYZ nerbitin 10 ribu lembar saham biasa dengan nilai nominal 10 ribu buat dapet kas 100 juta.
Catetan buat transaksi itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 100 juta | |
Saham Biasa - nilai nominal 10 ribu | 100 juta |
Selanjutnya, PT XYZ nerbitin 100 ribu lembar saham biasa tambahan dengan nilai nominal 10 ribu pada harga 20 ribu per lembar saham.
Catetan buat transaksi itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 2 miliar | |
Saham Biasa - nilai nominal 10 ribu | 1 miliar | |
Agio Saham Biasa | 1 miliar |
Sekarang, anggap aja PT XYZ punya laba ditahan sebesar 3 miliar.
Maka, setelah nerbitin saham, posisi ekuitas pemilik PT XYZ jadi kayak gini:
Ekuitas Pemilik | Saldo |
---|---|
Modal Disetor: | |
Saham Biasa - 10 ribu par value, 110 ribu lembar beredar | 1,1 miliar |
Agio Saham Biasa | 1 miliar |
Total Modal Disetor | 2,1 miliar |
Laba Ditahan | 3 miliar |
Total Ekuitas Pemilik | 5,1 miliar |
Akuntansi Penerbitan Saham Biasa Tanpa Nilai Nominal
Pas perusahaan nerbitin saham tanpa nilai pari atau nominal (no par), perusahaan nyatet transaksinya dengan nge-debit aset yang diterima sama nge-kredit akun saham biasa.
Nggak ada agio saham kalau kasusnya nerbitin saham tanpa nilai nominal, kecuali sahamnya itu punya nilai yang ditetapin.
Anggap aja PT XYZ nerbitin 10 ribu lembar saham tanpa nilai nominal dengan harga 20 ribu per lembar.
Catetan buat transaksi itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 200 juta | |
Saham Biasa - tanpa nilai nominal | 200 juta |
Beberapa saham tanpa nilai nominal itu punya nilai yang ditetapin atau nilai statuter (stated value).
Nyatet jurnal buat nerbitin saham biasa dengan nilai yang ditetapin itu hampir sama kayak nerbitin saham biasa dengan nilai nominal.
Bedanya cuma pas nerbitin, nilai saham biasanya di-kredit ke akun saham biasa - nilai statuter, terus selisih harga jual sama nilai nominalnya di-kredit ke agio saham atas nilai statuter (paid-in capital in excess of stated value).
Anggap aja PT XYZ nerbitin 10 ribu lembar saham dengan nilai statuter 10 ribu dengan harga penerbitan 25 ribu.
Catetan buat transaksi itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 250 juta | |
Saham Biasa - Nilai Statuter | 100 juta | |
Agio Saham atas Nilai Statuter | 150 juta |
Akuntansi Penerbitan Saham Biasa untuk Aset Selain Kas
Perusahaan bisa nerbitin saham biasa buat dapetin aset selain duit, misalnya aset tetap. Pas perusahaan dapet aset tetap, nilai perolehannya diitung sesuai nilai pasar, dan selisih antara nilai perolehan sama nominal sahamnya diakuin sebagai agio.
Nyatet transaksi kayak gitu caranya nge-debit nilai pasar aset tersebut pas tanggal transaksi, sedangkan saham biasa di-kredit sebesar nilai nominalnya.
Selisih antara nilai pasar aset sama nilai nominal saham biasa di-kredit ke akun agio saham biasa atau agio saham atas nilai statuter (tergantung jenis saham biasa yang diterbitin).
Kalau saham yang diterbitin nggak punya nilai nominal dan nilai statuter, maka nilai saham yang diterbitin di-kredit senilai sama nilai pasar aset.
Anggap aja PT XYZ nerbitin 100 ribu lembar saham biasa dengan nilai nominal 10 ribu buat dapetin tanah dengan harga pasar 3 miliar.
Entri jurnal buat transaksi itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Tanah | 3 miliar | |
Saham Biasa - nilai nominal 10 ribu | 1 miliar | |
Agio Saham Biasa | 2 miliar |
Kadang-kadang, perusahaan nerbitin saham biasa buat bayar jasa pengacara atau konsultan.
Kalau gitu, nyatet transaksinya itu nge-debit beban perusahaan senilai tarif dari pengacara atau konsultan itu dan nge-kredit saham biasa senilai nilai nominalnya.
Terus, selisih antara beban perusahaan sama nilai nominal saham, di-kredit ke akun agio saham biasa atau agio saham atas nilai statuter.
Penutup
Nerbitin saham biasa itu dilakuin perusahaan buat nambah modalnya. Tapi, tujuan nerbitin saham nggak cuma buat dapetin duit tambahan aja, bisa juga buat menuhi syarat lain. Makanya, perusahaan punya beberapa pilihan selain jual saham ke investor.
Ada beberapa macem cara nyatet penerbitan saham biasa, tergantung nilai nominal saham yang diterbitin.
Buat saham dengan nilai nominal, kalau harga jualnya lebih tinggi dari nilai nominalnya, perusahaan bakal nyatet selisihnya sebagai agio saham biasa.
Buat saham yang nggak punya nilai nominal, nilai saham biasa yang di-kreditin itu sama kayak harga jual yang diterima.
Agio sama disagio dari nerbitin saham biasa itu nggak perlu diamortisasi kayak agio sama disagio obligasi. Agio saham biasa bakal tetep ada di ekuitas pemilik, walaupun saham biasa yang beredar udah dibeli lagi sama perusahaan (saham treasuri metode biaya).
Segitu dulu ya tulisan saya soal perlakuan akuntansi buat nerbitin saham biasa.
Stay safe and stay healthy. Take care!