Utang Buat Ngegas Bisnis? Kenalan Yuk Sama Leveraged Finance!

Table of Contents

Kenalan Yuk Sama Leveraged Finance!

Pernah kepikiran nggak, kok bisa ya perusahaan gede tiba-tiba beli perusahaan lain atau ekspansi besar-besaran? Modal sendiri doang kadang nggak cukup, lho. Nah, di sinilah peran leveraged finance terlihat!

Namanya mungkin terdengar fancy, tapi intinya leveraged finance itu ya soal perusahaan minjem duit dalam jumlah gede, meskipun kondisi keuangannya udah lumayan terseok-seok.

Karena risikonya lebih tinggi, para pemberi pinjaman (kayak bank atau investor) biasanya minta imbal hasil yang juga lebih tinggi. Logikanya: makin gede risiko, makin gede juga kompensasinya.

Kapan Perusahaan Butuh Leveraged Finance?

Di dunia bisnis, utang model begini bisa dipakai buat hal-hal seperti:

  • Akuisisi: Buat nyaplok perusahaan lain, nambah lini usaha, atau sekedar jadi makin besar.
  • Rekapitalisasi: Minjem duit buat bagi-bagi dividen gede ke pemegang saham, atau nyusun ulang struktur modal.
  • Refinancing: Nutup utang lama pakai utang baru yang bunganya lebih ringan atau syaratnya lebih oke.
  • Modal kerja: Kadang juga dipakai buat operasional harian.

Jenis-Jenis Leveraged Finance: Pinjaman vs Obligasi

Ada dua jalur utama buat dapetin dana model begini:

1. Leveraged Loans (Pinjaman)

Bayangin kayak KTA versi perusahaan, tapi biasanya pakai agunan dan nilainya gede banget. Karena gede, bank biasanya ngajak bank lain buat patungan ngasih pinjaman (disebut sindikasi).

Macam-macamnya:

  • Revolver: Mirip kartu kredit perusahaan. Bisa tarik-tarik dana sesuai limit, cocok buat kebutuhan jangka pendek.
  • Term Loan: Pinjaman cicilan dengan bunga dan pokok, ada yang dicicil, ada juga yang dilunasin sekaligus di akhir.

Bunganya biasanya ngikutin pasar (kayak LIBOR atau mungkin JIBOR di Indonesia) plus tambahan margin. Terus, ada juga biaya lain kayak biaya komitmen atau admin.

Jaminannya? Bisa macem-macem, dari piutang, stok barang, sampai tanah dan mesin pabrik. Nilai agunan ini biasanya jadi patokan berapa besar pinjaman yang bisa dikasih.

2. High-Yield Bonds (Obligasi Berimbal Hasil Tinggi)

Ini surat utang dari perusahaan yang rating kreditnya di bawah “kelas atas”. Makanya bunganya tinggi, buat nutupin risiko gagal bayar yang juga nggak kecil.

Bisa muncul dari:

  • Perusahaan baru (kayak startup)
  • Perusahaan yang rating-nya turun (disebut fallen angels)

Jenis uniknya:

  • Zero Coupon: Nggak bayar bunga rutin, tapi dijual dengan harga jauh di bawah nilai aslinya.
  • Pay-in-Kind (PIK): Bunganya dibayar pakai obligasi baru, bukan duit. Jadi makin numpuk deh utangnya.

Gimana Biar Kreditornya Nggak Zonk?

Karena ini utang yang risikonya tinggi, pemberi pinjaman biasanya pasang “rem pengaman” lewat berbagai syarat dan aturan di kontrak. Contohnya:
  • Syarat Sebelum Cair: Contoh, perusahaan harus kasih laporan keuangan dulu, atau nggak boleh ada masalah besar yang muncul tiba-tiba.
  • Janji dari Pihak Peminjam: Info yang dikasih harus akurat. Kalau bohong atau salah, bisa dianggap wanprestasi.
  • Bayar Lebih Cepat Kalau...: Misalnya, kalau perusahaan jual aset, dapet dana segar, atau ganti pemilik.
Kovenan (Aturan Main) dibagi tiga:
  • Wajib Dilakukan: Contoh, harus rajin kirim laporan, bayar pajak, rawat aset.
  • Dilarang Dilakukan: Kayak nambah utang seenaknya, atau jual aset penting tanpa izin.
  • Target Keuangan: Harus jaga rasio keuangan kayak Debt-to-EBITDA atau Interest Coverage. Kalau meleset, bisa kena teguran bahkan penalti.

Nggak Semua Utang Setara, Yuk Kenalan Sama Hierarki Utang

Kalau perusahaan sampai bangkrut, urutan bayar utang itu ada levelnya:

  • Berdasarkan Perjanjian: Ada utang yang rela dibayar terakhir, contohnya obligasi subordinasi.
  • Berdasarkan Jaminan: Utang yang dijamin aset (misalnya sertifikat tanah) bakal dibayar duluan dari hasil jual aset itu.
  • Struktur Perusahaan: Kreditor lebih suka ngasih utang ke anak perusahaan yang punya aset, bukan ke induk perusahaan yang cuma pegang saham.

Penting Gak Sih Buat Pebisnis di Indonesia?

Banget! Ngerti leveraged finance itu bisa bikin kamu:

  • Punya opsi tambahan buat cari modal, nggak cuma ngandelin pinjaman konvensional.
  • Lebih siap dengan risiko dan biaya yang harus ditanggung.
  • Jago negosiasi sama pemberi pinjaman.
  • Tahu gimana menyikapi utang kalau bisnis lagi goyah.

Intinya, leveraged finance itu bisa jadi "NOS" buat bisnis, asal dipakai dengan hati-hati dan strategi yang matang.

ARTICLE SOURCES

  1. Altman, E. I., Hotchkiss, E., & Wang, W. (2023). Chapter 2: "An Introduction to Leveraged Finance." In Corporate Financial Distress, Restructuring, and Bankruptcy: Analyze Leveraged Finance, Distressed Debt, and Bankruptcy (4th ed.). Wiley. (Adapted and simplified for this blog article)
Ardya
Ardya Accountant. Financial Consultant. Blogger

Post a Comment