Piutang Jadi Duit! Pilih Dijaminin atau Dijual? Cek Alat Bantunya di Sini!

Table of Contents
Menjaminkan Piutang dan Anjak Piutang dalam Akuntansi

Pas lagi butuh duit, perusahaan bisa lho minjem uang ke bank dengan cara ngejaminin piutang usahanya.

Itu namanya account receivable assignment. Jadi, di sini tuh piutangnya diiket jadi jaminan fidusia.

Tapi, di tulisan ini, saya nggak bakal bahas soal teknis ngiketnya ya, soalnya pengetahuan saya juga minim soal itu. Yang mau saya bahas itu perlakuan akuntansinya buat transaksi kayak gitu.

Selain dijaminin, piutang juga bisa dijual ke bank atau lembaga keuangan lain. Ini biasanya disebut anjak piutang (factoring).

Beda sama jaminin piutang, kalau piutang dijual, hak nagihnya pindah ke pihak factor. Jadi, si factor bisa langsung nagih piutang itu ke pelanggan.

Menjaminkan Piutang (Account Receivable Assignment)

Kayak yang udah disinggung di awal tadi, perusahaan bisa minjem duit ke bank dengan ngejaminin piutangnya. Sebagai gantinya, perusahaan bakal kena biaya administrasi sama bunga buat pinjaman itu.

Pas perusahaan nerima bayaran piutang dari pelanggannya, selanjutnya perusahaan bakal bayar utangnya ke bank, sesuai sama perbandingan duit kas yang diterima dari piutangnya itu.

Anggap aja tanggal 5 September 2020, PT Sembilan Pilar minjem 1 miliar ke bank dan setuju bikin promes dengan bunga 10 persen, yang bakal dibayar bertahap, sesuai sama proporsi bayaran piutang perusahaan dari pelanggannya. Nilai piutang yang dijaminin itu 1,2 miliar. Bank juga ngenain biaya administrasi 1 persen buat pinjaman itu.

Entri jurnal buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Kas 990 juta
Biaya Administrasi Bank 10 juta
Utang Bank 1 miliar

Selanjutnya, di neraca, perlu disesuain nih piutang usaha yang dijaminin itu:

Akun Debit Kredit
Piutang Usaha Dijaminkan 1,2 miliar
Piutang Usaha 1,2 miliar

Terus, tanggal 5 Oktober 2020, PT Sembilan Pilar nerima bayaran piutang usahanya, 800 juta.

Entri jurnal buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Kas 800 juta
Piutang Usaha Dijaminkan 800 juta

Pas nerima bayaran piutangnya itu, PT Sembilan Pilar perlu bayar utang ke bank sebesar duit kas yang diterima dari bayaran piutang pelanggannya.

Entri jurnal buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Utang Bank 800 juta
Beban Bunga 8,33 juta
Kas 808,33 juta
Beban bunga: 1 miliar x 10% x 1/12

Tanggal 5 November 2020, PT Sembilan Pilar nerima bayaran piutang usahanya 300 juta.

Entri jurnal buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Kas 300 juta
Piutang Usaha Dijaminkan 300 juta

Terus, setelah nerima bayaran piutangnya itu, PT Sembilan Pilar lunasin sisa tagihannya ke bank 200 juta.

Entri jurnal buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Utang Bank 200 juta
Beban Bunga 1,67 juta
Kas 201,67 juta
Beban bunga: 200 juta x 10% x 1/12

Setelah utang ke bank lunas, status piutang usaha yang dijaminin itu udah bukan piutang usaha yang dijaminin lagi.

Karena itu, PT Sembilan Pilar perlu ngelakuin penyesuaian buat sisa piutang 100 juta (1,2 miliar - 1,1 miliar) itu.

Entri jurnal penyesuaiannya begini:

Akun Debit Kredit
Piutang Usaha 100 juta
Piutang Usaha Dijaminkan 100 juta

Anjak Piutang (Factoring)

Yang namanya factor itu bank atau perusahaan keuangan yang beli piutang sebuah perusahaan.

Ada dua kondisi nih dalam anjak piutang.

Yang pertama itu without recourse, di mana perusahaan nggak punya kewajiban ke bank kalau ada piutang yang nggak ketagih.

Terus yang kedua itu with recourse, di mana perusahaan punya kewajiban ke bank kalau ada piutang yang nggak ketagih.

Anjak piutang / factoring

Penjualan Piutang Tanpa Recourse

Buat piutang yang dijual tanpa recourse, perusahaan yang jual piutang itu nggak punya kewajiban ke bank kalau pelanggannya nggak bayar tagihannya.

Jadi, bank yang bakal langsung nagih ke pelanggannya, dan kalau ada piutang yang nggak ketagih, itu jadi kerugiannya bank.

Bank itu ngenain biaya buat transaksi ini dan juga nahan sebagian duit (retensi) buat jaga-jaga kalau ada penyesuaian, misalnya retur penjualan atau diskon, sebelum piutangnya jatuh tempo. Duit retensi ini, nantinya, bakal dibalikin ke penjual setelah dikurangin retur penjualan sama diskon.

Anggap aja PT Awan Rusuh jual piutang 1 miliar tanpa recourse ke Bank Mandiri. Bank Mandiri ngenain biaya pelayanan 4% dan retensi 5% buat nutupin kalau ada retur penjualan sama diskon.

Jurnal PT Awan Rusuh buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Kas 910 juta
Piutang Retensi 50 juta
Kerugian Penjualan Piutang 40 juta
Piutang Usaha 1 miliar

Sedangkan Bank Mandiri ngejurnalnya gini:

Akun Debit Kredit
Piutang Usaha 1 miliar
Utang Retensi 50 juta
Pendapatan Bunga 40 juta
Kas 910 juta

Karena PT Awan Rusuh jual piutang 1 miliar dengan harga 960 juta, PT Awan Rusuh ngakuin selisihnya itu sebagai kerugian penjualan piutang.

Selanjutnya, ada retur penjualan 10 juta. Maka, PT Awan Rusuh ngejurnalnya gini:

Akun Debit Kredit
Retur Penjualan 10 juta
Piutang Retensi 10 juta

Kalau sampai jatuh tempo nggak ada lagi retur penjualan atau diskon, Bank Mandiri bakal balikin dana retensi 40 juta (50 juta - 10 juta) ke PT Awan Rusuh.

Entri jurnal yang dibikin PT Awan Rusuh buat transaksi itu begini:

Akun Debit Kredit
Kas 40 juta
Piutang Retensi 40 juta

Penjualan Piutang dengan Recourse

Pas perusahaan jual piutang usahanya dengan recourse, perusahaan itu nanggung semua risiko kalau ada piutang yang nggak ketagih.

Jadi, perusahaan ngasih jaminan ke bank kalau pelanggan pasti bakal bayar semua piutang yang dijaminin itu, walaupun kenyataannya pelanggannya nggak bayar.

Biar lebih jelas soal penjualan piutang dengan recourse, saya ambil contoh kasus yang tadi, di mana PT Awan Rusuh jual piutangnya ke Bank Mandiri, tapi kali ini pakai recourse.

Perlakuan akuntansinya beda nih buat kasus ini!

Kalau penjualannya pakai recourse, PT Awan Rusuh perlu ngira-ngira nilai dari recourse itu buat diakuin sebagai kewajiban.

Kewajiban recourse itu perkiraan berapa duit yang mungkin dikeluarin PT Awan Rusuh buat nalangin bayaran ke bank gara-gara piutang yang nggak ketagih.

Anggap aja PT Awan Rusuh udah ngitung perkiraan piutang yang mungkin nggak ketagih itu 20 juta, jadi kerugian penjualan piutangnya jadi:

Kas yang diterima 910 juta
Retensi 50 juta 960 juta
Dikurangi: Kewajiban recourse
20 juta
Nilai Bersih
940 juta

Nilai bersih itu nilai dari kas yang diterima dikurangin sama kewajiban yang muncul. Maka, kerugian atas penjualan piutang tersebut adalah:

Piutang yang dijual 1 miliar
Nilai bersih 940 juta
Kerugian penjualan piutang 60 juta

Sehingga entri jurnal yang dibikin sama PT Awan Rusuh jadi gini:

Akun Debit Kredit
Kas 910 juta
Piutang Retensi 50 juta
Kerugian Penjualan Piutang 60 juta
Piutang Usaha 1 miliar
Kewajiban Recourse 20 juta

Nah, kalau jurnal yang dibikin sama pihak factor atau Bank Mandiri itu sama aja, mau penjualannya pakai recourse atau tanpa recourse.

Kalau nanti Bank Mandiri berhasil nagih semua piutang yang dijual itu, PT Awan Rusuh bisa ngilangin kewajiban recourse-nya dan ngakuin itu sebagai tambahan pendapatan.

Piutang Power-Up: Dijaminin atau Dijual? Temukan Pilihanmu!

Wih, udah panjang lebar nih kita ngebahas soal cara 'ngejadiin duit' piutang usaha, mulai dari dijaminin (assignment) sampai dijual (factoring), lengkap sama contoh jurnalnya yang kadang bikin kening berkerut ya. Nah, biar semua info tadi makin nancep dan kamu bisa bedain kapan pake cara yang mana, gimana kalau kita main 'simulasi' singkat buat nentuin pilihan?

Di bawah ini ada alat bantu interaktif buat ngasih kamu gambaran, kira-kira opsi mana sih – menjaminkan piutang, anjak piutang tanpa regres, atau anjak piutang dengan regres – yang lebih 'nyambung' sama kebutuhan dan kesiapan bisnismu. Jawab beberapa pertanyaan simpel, dan kita lihat hasilnya! Plus, ada rangkuman perbandingan super estetik biar makin jelas bedanya. Penasaran? Yuk, mulai!

Butuh Dana Cepat? Yuk, Cari Solusi Terbaik dari Piutangmu!

Jawab pertanyaan ini buat dapet rekomendasi awal & perbandingan lengkapnya.

×

Contoh Jurnal Kunci

Penutup

Jaminin piutang (account receivable assignment) itu minjem duit ke lembaga keuangan dengan jadiin piutang sebagai jaminan. Rata-rata lembaga keuangan bakal ngasih dana sekitar 70 sampai 80 persen dari nilai piutangnya.

Nah, kalau anjak piutang (factoring) itu pembelian piutang usaha perusahaan sama lembaga keuangan (factor). Setelah piutangnya dibeli, pihak factor yang bakal ngurusin piutang itu sampai lunas.

Dua-duanya ini pilihan pendanaan yang bisa dilakuin perusahaan buat dapetin duit kas cepet buat jangka pendek.

Akuntansi itu nganggep dua transaksi ini beda caranya.

Kalau jaminin piutang, akun piutang usaha disesuain jadi piutang usaha yang dijaminin sampai pinjamannya lunas. Nah, kalau di anjak piutang, akun piutang usahanya diilangin dengan cara dikreditin, terus selisih antara piutang yang dijual sama kas yang diterima diakuin sebagai kerugian penjualan piutang.

Segitu dulu ya tulisan saya soal jaminin piutang sama anjak piutang.

Stay safe and stay healthy. Take care!

Ardya
Ardya Accountant. Financial Consultant. Blogger
Ad
📚 This Week's Must-Reads! Cekidot, Guys! 📚

Advertisement

Advertisement

Promosi

🧠 Buka Rahasia Uang di The Psychology of Money!

Kaya bukan soal pintar, tapi soal perilaku. Buku fenomenal ini bongkar cara berpikir orang sukses soal uang—dan bisa jadi game-changer hidupmu.
Eksklusif dari Gramedia Official Store!