Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Hubungan Keagenan dan Konflik dalam Manajemen Keuangan

Hubungan Keagenan dan Konflik

Hubungan keagenan terjadi ketika satu pihak menyewa pihak lainnya untuk bertindak mewakili namanya.

Pihak yang disewa bertindak sebagai agen dari pihak yang mempekerjakan atau biasa disebut sebagai prinsipal.

Adanya kepentingan masing-masing pihak, baik prinsipal maupun agen, tak jarang menimbulkan konflik yang merugikan perusahaan.

Beberapa hubungan keagenan

Ada beberapa hubungan keagenan di bidang keuangan. Yang paling umum adalah hubungan antara pemegang saham (investor) dan manajemen perusahaan.

Investor adalah sekelompok orang yang memiliki dana berlebih untuk diinvestasikan, namun tidak memiliki ide atau waktu untuk mengejawantahkan ide-nya menjadi kenyataan.

Nah, jika para investor tersebut tidak memiliki ide atau tidak memiliki waktu untuk menerapkan ide yang dimilikinya, maka, sudah jelas mereka juga tidak akan dapat berperan aktif dalam mengelola aktivitas bisnis perusahaan tempat mereka menginvestasikan uangnya.

Atas dasar tersebut, para investor harus mempekerjakan orang-orang yang handal untuk mengelola perusahaan atas nama mereka.

Dalam hubungan keagenan, manajer perusahaan adalah agen yang bertindak mewakili prinsipal mereka, yaitu pemegang saham perusahaan.

Namun demikian, ada hubungan keagenan lainnya dalam suatu perusahaan yang mungkin melibatkan salah satu dari pihak ini sebagai prinsipal ataupun agen.

Misalnya, ketika perusahaan meminjam uang. Para pemegang saham, yang pada dasarnya mengendalikan perusahaan dan memiliki keputusan akhir atas keputusan perusahaan, secara kontrak menjadi agen atas nama kreditur atau pemberi pinjaman, yang dalam hal ini menjadi prinsipal.

Demikian pula hubungan antara manajer dan para karyawan, dimana dalam hal ini justru manajer yang menjadi prinsipal dan para karyawan yang berperan sebagai agen.

Konflik keagenan

Alasan mengapa hubungan keagenan menjadi sangat penting untuk dipahami adalah karena hal ini acap kali mengarah pada konflik yang bersifat keagenan, yaitu suatu konflik yang terjadi karena tujuan pribadi agen bertentangan dengan tujuan prinsipalnya.

Misalnya, anggaplah kamu sebagai pemegang saham suatu perusahaan yang menjual martabak, dan manajer-mu sudah merasa waktunya untuk mendapat mobil All New Camry Hybrid.

Di sini kamu merasa bahwa mobil seperti Avanza saja sudah cukup sebagai kompensasi bagi manajer-mu. 

Memenuhi keinginan sang manajer untuk mendapatkan All New Camry Hybrid dapat memberikan kebahagiaan dan mungkin saja akan meningkatkan produktivitasnya. 

Namun, apakah peningkatan tersebut sepadan bagi pemilik perusahaan?

Jika sang manajer hanya mengelola satu toko martabak, jawabannya mungkin saja tidak.

Namun, jika sang manajer bertanggung jawab atas sejumlah toko martabak atau mungkin manajer tersebut adalah CEO dari seluruh jaringan toko martabakmu, mungkin saja dia pantas untuk menerima All New Camry Hybrid terbaru.

Logika inilah yang dapat memberikan penjelasan mengenai kesediaan beberapa perusahaan besar merogoh koceknya untuk membeli atau menyewakan jet pribadi untuk para eksekutifnya, menyediakan smartphone untuk tenaga penjualannya, atau memiliki fasilitas kantor yang lengkap untuk para karyawannya.  

Mengurangi dampak konflik keagenan

Ada dua metode yang biasa digunakan untuk mengurangi dampak dari konflik keagenan, yaitu dengan memberikan kompensasi berupa saham manajerial dan juga memberikan ancaman. 

Memberikan kompensasi berupa saham ke agen

Saham manajerial atau yang biasa dikenal dengan opsi saham berfungsi untuk menyelaraskan secara langsung tujuan manajer dengan tujuan pemilik. 

Dengan saham manajerial, manajer memiliki kepentingan pribadi atas laba perusahaan dan juga nilai pasar saham, sehingga tidak akan seenaknya menggunakan kas perusahaan untuk hal yang tidak penting.

Bicara kas perusahaan, dengan saham manajerial yang dimilikinya, manajer yang telah dibahas sebelumnya kemungkinan kecil akan membeli All New Camry Hybrid terbaru dengan uang yang secara tak langsung keluar dari kantongnya sendiri.

Memberikan ancaman ke agen

Metode lainnya yaitu dengan memberikan ancaman berupa hukuman. Hukuman ini bisa berbentuk langsung maupun tidak langsung.

Contoh hukuman langsung adalah manajer yang bersangkutan mungkin diancam akan dipecat bila menghabiskan uang sebesar 850 juta atau lebih untuk membeli kendaraan idamannya.

Sedangkan contoh hukuman tidak langsung biasanya terkait dengan kekuatan pasar. Misalnya, jika manajemen perusahaan mengambil begitu banyak keuntungan yang secara substansial mengurangi laba perusahaan dan pemegang saham melakukan pembiaran, maka, perusahaan akan menjadi target pengambilalihan karena pihak pengakuisisi dianggap lebih mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan mengganti manajemen perusahaan atau dengan memotong keuntungan yang dapat diperoleh oleh pihak manajemen.

Penutup

Hubungan keagenan sangat penting untuk dipahami karena konflik keagenan yang melibatkan prinsipal dan agen hampir pasti akan terjadi pada tiap perusahaan.

Konflik tersebut, bila tak dikelola dengan baik, tak jarang menimbulkan dampak yang merugikan bagi perusahaan, baik aspek keuangan maupun reputasi perusahaan. 

Atas hal tersebut, teori keagenan dapat digunakan untuk menganalisis biaya agensi dengan menilai keputusan keuangan dalam hal risiko, profitabilitas, dan trade off kepentingan antar beberapa pihak.

Sekian tulisan saya mengenai hubungan keagenan dan konflik dalam manajemen keuangan. 

Stay safe and stay healthy. Take care!