Pusing Mikirin Jurnal Dagang? Yuk, Belajar Mudah dengan Contoh & Alat Ini!

Table of Contents
Akuntansi Perusahaan Dagang

Akuntansi perusahaan dagang itu ngatur catetan buat perusahaan retail, yaitu perusahaan yang nggak jualan jasa dan juga nggak bikin sendiri barang dagangannya.

Kamu pasti pernah kan belanja di Hero, Giant, Indomaret, atau Alfamart buat kebutuhan sehari-hari, kayak makanan, minuman, kebutuhan dapur, odol, popok bayi, sabun, sampo, suplemen, susu, obat-obatan, rokok, sampai cuma beli korek api.

Pernah nggak sih kamu nanya, dari mana perusahaan-perusahaan itu dapet barang dagangannya?

Kayaknya susah banget ya ngebayangin perusahaan-perusahaan itu bikin sendiri barangnya, soalnya produk yang dijual macem-macem banget.

Faktanya sih, perusahaan-perusahaan itu emang nggak bikin sendiri barang dagangannya. Mereka belinya langsung dari produsen dalam jumlah besar, terus dijual lagi ke konsumen dalam jumlah kecil.

Akuntansi itu nge-grup-in perusahaan dengan model bisnis kayak gitu sebagai perusahaan merchandising atau perusahaan dagang.

Pengertian Perusahaan Dagang

Kerjaan utama perusahaan dagang itu beli barang dagangan dari produsen, terus dijual lagi ke pelanggannya.

Harga jual ke pelanggan di laporan laba rugi dicatet sebagai penjualan (sales), dan biaya buat dapetin barang yang kejual itu dicatet sebagai harga pokok penjualan (HPP). Selisih antara penjualan sama HPP, disebutnya laba kotor.

Tadi di atas udah saya singgung ya kalau perusahaan dagang itu belinya banyak banget ke produsen. Terus gimana kalau nggak semua barang itu laku kejual? Gimana akuntansi ngelaporin kejadian ini?

Barang dagangan yang belum kejual atau masih ada di gudang perusahaan, di akuntansi itu dicatet sebagai merchandise inventory atau persediaan barang dagang, yang masuk kelompok aset lancar di neraca.

Kamu bakal nemuin beberapa kemiripan antara laporan keuangan perusahaan jasa sama perusahaan dagang, kecuali soal akun persediaan barang dagang.

Di neraca perusahaan dagang, di bagian aset lancarnya ada akun persediaan barang dagang yang nilainya sebesar nilai perolehan barang dagang dari produsen atau pemasok. Terus, buat nentuin nilai harga pokok penjualan (HPP) di laba rugi, nilainya juga diambil dari nilai pembelian persediaan barang dagang yang kejual itu.

Sistem Pencatatan pada Perusahaan Dagang

Di akuntansi perusahaan dagang, ada dua sistem nyatet buat transaksi yang nyangkut persediaan barang dagang (merchandise inventory), yaitu sistem pencatatan perpetual dan periodik.

Di sistem perpetual, tiap beli dan jual persediaan barang dagang itu bakal selalu ada catetan transaksi debit sama kredit dari akun persediaan barang dagangnya. Jadi, jumlah persediaan barang dagang yang siap dijual sama yang udah kejual nilainya bakal selalu ke-update.

Nah, kalau di sistem periodik, tiap beli dan jual persediaan barang dagang itu cuma nyatet transaksi beli sama jualnya aja, nggak pakai detail transaksi debit kredit dari akun persediaannya. Jadi, buat nentuin biaya pokoknya (HPP), perusahaan bakal ngitung nilai fisik persediaan di tiap akhir periode akuntansi.

Fitur Sistem Perpetual Sistem Periodik
Pencatatan Transaksi Pencatatan transaksi detail. Mencatat transaksi tanpa detail.
Update Jumlah Persediaan Update real-time. Update di akhir periode.
Akurasi Persediaan Informasi akurat. Tidak aktual.
Pemantauan Kerugian Identifikasi cepat kerugian. Tidak mudah diidentifikasi.
Pengendalian Persediaan Informasi real-time. Informasi terbatas.
Biaya Pokok Penjualan (HPP) HPP terus-menerus. HPP dihitung akhir periode.

Entri Jurnal pada Sistem Perpetual dan Periodik di Perusahaan Dagang

Biar gampang ngerti bedanya entri jurnal di sistem perpetual sama periodik, saya mau coba jelasin pakai contoh kasus simpel soal transaksi jual beli di perusahaan dagang PT XYZ ya.

Entri jurnal pembelian dan penjualan persediaan barang dagang

Kasus ke-1

PT XYZ membeli persediaan barang dagang senilai 50 juta:

Periodik

Akun Debit Kredit
Pembelian 50 juta
Utang dagang 50 juta

Perpetual

Akun Debit Kredit
Persediaan 50 juta
Utang dagang 50 juta

Kasus ke-2

PT XYZ menjual persediaan barang dagang senilai 20 juta dengan harga jual senilai 30 juta:

Periodik

Akun Debit Kredit
Piutang dagang 30 juta
Penjualan 30 juta

Perpetual

Akun Debit Kredit
Piutang dagang 30 juta
Penjualan 30 juta
HPP 20 juta
Persediaan 20 juta

Kasus ke-3

PT XYZ membayar biaya pengiriman persediaan dari produsen ke gudang PT XYZ pada kasus ke-1 sebesar 2 juta

Periodik

Akun Debit Kredit
Biaya kirim 2 juta
Kas 2 juta

Perpetual

Akun Debit Kredit
Persediaan 2 juta
Kas 2 juta

Kasus ke-4

PT XYZ menerima pengembalian persediaan dari pelanggannya (retur pembelian) senilai 10 juta.

Periodik

Akun Debit Kredit
Utang dagang 10 juta
Retur pembelian 10 juta

Perpetual

Akun Debit Kredit
Utang dagang 10 juta
Persediaan 10 juta

Kalau kamu perhatiin contoh-contoh di atas, di sistem perpetual itu nggak ada chart of account (COA) dengan nama pembelian, biaya kirim (pembelian), sama retur pembelian, soalnya emang nggak dibutuhin.

Semua transaksi yang nyangkut jual beli persediaan itu dilaporin sebagai transaksi debit dan kredit dari akun persediaan barang dagang.

Biaya Pengiriman atas Persediaan Barang Dagang

Di kasus ke-3 tadi, bisa kamu perhatiin transaksi jual beli persediaan barang dagang, ada yang namanya biaya kirim. Soal biaya kirim ini ada dua istilah yang umum di akuntansi, yaitu FOB shipping point sama FOB destination.

Pas ngirim barang pakai term FOB shipping point, maksudnya itu di transaksi itu pihak pembeli yang nanggung ongkos kirim barangnya. Nah, kalau pakai term FOB destination, ongkos kirim barangnya ditanggung sama pihak penjual.

Kasus ke-1 sama ke-3 di atas itu contoh transaksi pembelian yang pakai term FOB shipping point, di mana PT XYZ sebagai pembeli persediaan barang dagang yang bayar ongkos kirimnya.

Kasus ke-5

PT XYZ menjual persediaan barang dagang ke pelanggan senilai 5 juta. Terms FOB destination, yang artinya PT XYZ nanggung ongkos kirim barang. Biaya kirim barangnya itu sebesar 300 ribu:

Perpetual

Akun Debit Kredit
Piutang dagang 5 juta
Penjualan 5 juta
HPP 3,3 juta
Persediaan 3,3 juta
Biaya kirim 300 ribu
Kas 300 ribu

Kasus ke-6

PT XYZ menjual persediaan barang dagangnya ke pelanggan senilai 3 juta. Terms FOB shipping point, yang artinya pelanggan dari PT XYZ yang nanggung ongkos kirim barang. Biaya kirim barangnya itu sebesar 200 ribu

Perpetual

Akun Debit Kredit
Piutang dagang 3 juta
Penjualan 3 juta
HPP 2 juta
Persediaan 2 juta
Piutang dagang 200 ribu
Kas 200 ribu

Di kasus ini PT XYZ bayar dulu ongkos kirimnya terus dimasukin ke tagihan pelanggan.

Diskon Penjualan Persediaan Barang Dagang

Di perusahaan dagang, biar pelanggan cepet bayar tagihannya, biasanya penjual ngasih insentif berupa diskon buat pelanggan yang bayar utangnya dalam waktu tertentu.

Contoh istilah kredit yang dipakai biasanya kayak gini:

2/10, n/30

Artinya, jangka waktu bayarnya itu 30 hari setelah barang diterima, dan kalau bayarnya dalam 10 hari setelah barang diterima, pembeli bakal dapet diskon 2%.

Diskon kayak gitu disebutnya diskon perdagangan (sales discount).

Kasus ke-7

Anggap aja di kasus ke-2 tadi credit term-nya itu 2/10, n/30 dan pelanggan PT XYZ bayarnya di hari ke-10 setelah barang diterima. Jadi, pelanggan PT XYZ itu dapet diskon 2%, yang ngurangin tagihan sebesar 600 ribu (30 juta x 2%).

Perpetual dan Periodik

Akun Debit Kredit
Kas 29,4 juta
Diskon 600 ribu
Piutang dagang 30 juta

Retur Penjualan Persediaan Barang Dagang

Di kasus ke-4 tadi saya udah jelasin soal retur pembelian. Sekarang, saya mau bahas soal retur penjualan, yang ini lebih tricky, apalagi di sistem perpetual, soalnya selain ngejurnal transaksi returnya, perusahaan juga perlu ngebalik harga pokok penjualan (HPP) senilai barang yang diretur.

Kasus ke-8

Anggap aja di kasus ke-5, pelanggan PT XYZ nge-retur barang yang cacat senilai 500 ribu:

Periodik

Akun Debit Kredit
Retur penjualan 500 ribu
Piutang dagang 500 ribu

Perpetual

Akun Debit Kredit
Retur penjualan 500 ribu
Piutang dagang 500 ribu
Persediaan 333 ribu
HPP 333 ribu

Bedah Jurnal Dagang: Interaktif Perpetual vs. Periodik!

Nah, udah lihat kan contoh-contoh entri jurnal buat berbagai transaksi di perusahaan dagang, baik pakai sistem perpetual maupun periodik dari Kasus 1 sampai Kasus 8 tadi? Biar makin nempel di kepala dan gampang ngebandinginnya satu per satu, saya udah siapin 'alat peraga' interaktif nih!

Di bawah ini, kamu bisa pilih sendiri skenario transaksinya dari daftar kasus yang udah kita bahas. Nanti, aplikasi ini bakal langsung nampilin perbandingan entri jurnal untuk sistem perpetual dan periodik secara berdampingan, persis kayak tabel di atas. Jadi, kamu bisa fokus lihat bedanya di mana dan akun apa aja yang dipakai untuk tiap kasus. Asyik, kan? Yuk, langsung dicoba aja biar makin mantap pemahamannya!

Pilih Skenario Transaksi:

Menentukan HPP Persediaan Barang Dagang pada Sistem Periodik

Di sistem perpetual, ngitung harga pokok penjualan (HPP) itu jelas banget, soalnya tiap transaksi jual persediaan pasti ada entri jurnal buat HPP dari persediaan yang kejual itu.

Kalau kamu perhatiin bener-bener entri jurnal buat penjualan persediaan barang dagang di sistem periodik, mungkin kamu kepikiran gimana caranya nentuin HPP di sistem itu.

Sebenernya sih caranya simpel banget, tapi lumayan capek, yaitu langkah-langkahnya gini:

  1. Nentuin nilai persediaan barang dagang di awal periode akuntansi.
  2. Tambah nilai persediaan awal itu sama persediaan barang dagang yang dibeli.
  3. Terakhir, kurangin nilai persediaan yang udah dijumlahin tadi sama nilai persediaan yang didapet setelah ngelakuin stock opname di akhir periode akuntansi.

Penutup

Segitu dulu ya bahasan dari saya soal serba-serbi akuntansi buat perusahaan dagang. Semoga bisa bantu kamu lebih ngerti proses nyatetnya yang beda sama perusahaan jasa.

Salah satu hal paling penting di akuntansi perusahaan dagang itu cara nentuin harga pokok penjualan (HPP) dari persediaan barang dagang yang kejual itu sendiri.

Beberapa metode yang populer dipakai itu FIFO, LIFO, dan Average yang bakal saya bahas di tulisan berikutnya.

Ardya
Ardya Accountant. Financial Consultant. Blogger
Ad
📚 This Week's Must-Reads! Cekidot, Guys! 📚

Advertisement

Advertisement

Promosi

🧠 Buka Rahasia Uang di The Psychology of Money!

Kaya bukan soal pintar, tapi soal perilaku. Buku fenomenal ini bongkar cara berpikir orang sukses soal uang—dan bisa jadi game-changer hidupmu.
Eksklusif dari Gramedia Official Store!