Lihat Langsung Beda FIFO, LIFO, Rata-Rata di Laba Kotor (Ada Simulatornya!)

Table of Contents
Hubungan antara persediaan dan biaya

Persediaan itu aset lancar perusahaan yang tujuannya buat dijual lagi biar dapet duit buat modalin kegiatan bisnis perusahaan.

Di akuntansi, kalau kamu atau perusahaanmu jual produk bentuknya barang (bukan jasa), kamu pasti punya akun di neraca yang namanya persediaan barang dagang atau merchandise inventory.

Persediaan itu bakal nongkrong terus di neraca bagian aset sampai barangnya laku kejual. Pas barangnya akhirnya laku, nilainya bakal pindah ke biaya pokok di laporan laba rugi.

1. Aset Persediaan dan HPP: Beda Manufaktur sama Dagang

Kayak yang udah saya jelasin di awal tulisan, selama perusahaanmu nggak jualan jasa, entah itu perusahaan manufaktur atau ritel, ujung-ujungnya kamu bakal jual produk bentuknya barang.

Pastinya, sebelum jual, kamu harus beli atau bikin dulu barangnya. Persediaan barang dagang yang kamu punya buat dijual ke pelanggan itu namanya aset persediaan barang dagang.

Persediaan itu bisa berupa barang jadi kayak lemari, atau bahan baku kayak kayu atau plastik buat bikin lemari. Tapi, nggak nutup kemungkinan juga perusahaanmu jual barang setengah jadi buat diolah lagi sama perusahaan lain jadi barang jadi.

Kalau perusahaanmu bikin barang, artinya perusahaanmu itu perusahaan manufaktur, dan persediaannya masih butuh beberapa proses lagi biar siap dijual ke pelanggan.

Setelah persediaan barangnya kejual ke pelanggan, nilai buat dapetin persediaan yang kejual itu nggak lagi ada di neraca, tapi pindah ke laporan laba rugi jadi harga pokok penjualan (HPP).

Tapi, pindahnya itu mungkin nggak langsung kejadian, tergantung perusahaan pakai sistem catetan prepetual atau periodik.

Biar lebih ngerti soal sistem prepetual sama periodik, kamu bisa baca tulisan saya yang judulnya "Akuntansi Perusahaan Dagang".

Transformasi persediaan ke harga pokok penjualan

Buat kasus di perusahaan manufaktur, cara akuntansinya juga mirip sama perusahaan dagang. Meskipun bahan baku masih belum selesai diproses dan belum siap dijual, semuanya tetep diakuin sebagai persediaan di neraca.

Proses produksi di perusahaan manufaktur itu pastinya butuh waktu, dan kadang waktu produksinya nggak sama kayak periode laporan akuntansi. Biar nggak pusing nyatetnya, perusahaan manufaktur ngebagi persediaannya jadi tiga kategori, yaitu:

  • Bahan baku (raw materials).
  • Barang setengah jadi (work in process).
  • Barang jadi (finished goods).

2. Ngelola Persediaan dan HPP: Beda Dagang sama Manufaktur

Tujuan utama jualan ya biar dapet untung. Biar bisa jual dengan harga yang untung, perusahaan harus bisa nentuin nilai buat dapetin persediaannya dengan pas, biar bisa nentuin markup yang bener.

Buat perusahaan ritel, nentuin biaya perolehan barang dagangnya nggak cukup cuma ngitung harga barangnya aja, tapi juga ngelibatin faktor biaya lain.

Di perusahaan manufaktur malah lebih ribet lagi, soalnya lebih banyak faktor biaya lain dan nggak bisa nentuin cuma dari harga bahan bakunya aja.

2.1. Ngitung Biaya Persediaan di Perusahaan Dagang

Di perusahaan dagang, perusahaan dapet persediaan barang dagang dari pemasok terus dijual lagi ke pelanggan dengan kondisi barang yang plek sama kayak pas diterima dari pemasok. Maksudnya, nggak ada lagi proses diolah-olah lagi barangnya.

Makanya, buat nentuin harga perolehan perlu sedikit hitungan tambahan, yaitu pajak yang harus dibayar buat dapetin barang sama biaya pengiriman. Terus, kalau pas beli ke pemasok perusahaan dapet diskon, nah, total semua itu dikurangin sama diskon pembelian.

Jadi, total harga perolehan persediaan barang dagang di perusahaan dagang bisa dirumusin kayak gini:

Nilai persediaan = harga barang + pajak + biaya pengiriman - diskon

Setelah dapet harga totalnya, tinggal dibagi aja sama jumlah barang yang dibeli, buat nentuin harga per unit barangnya.

Anggap aja kamu beli 200 smartphone harga per unitnya 1 juta, jadi totalnya 200 juta. Kamu bayar pajak 10% atau sebesar 20 juta. Biaya kirim barang itu sampai ke gudangmu sebesar 3 juta. Terus, kamu bayarnya 15 hari setelah barang diterima, jadi kamu dapet diskon 2% atau sebesar 1 juta. Jadi, total biaya perolehan buat 200 smartphone itu sebesar 222 juta (200 juta + 20 juta + 3 juta - 1 juta). Dengan gitu, biaya perolehan per unitnya jadi 1,11 juta (222 juta / 200 unit).

2.2. Ngelola Persediaan di Perusahaan Manufaktur

Di perusahaan manufaktur, buat nentuin harga perolehan persediaan itu butuh langkah-langkah yang lebih banyak dibanding di perusahaan dagang.

Selain itu, jangan lupa kalau di perusahaan manufaktur persediaannya dibagi jadi tiga kategori: bahan baku, barang setengah jadi, sama barang jadi.

Bahan baku itu kepingan awal produk yang masih mentah dan belum diapa-apain buat produksi.

Barang setengah jadi itu barang yang lagi di tahap awal proses produksi atau tahap akhir produksi, tapi belum jadi barang jadi atau belum siap dijual.

Barang jadi itu barang yang udah siap buat dijual.

Tiap kategori persediaan ini bakal dinilai pakai beberapa metode yang bakal saya bahas habis ini, yaitu metode first in, first out (FIFO), last in, first out (LIFO), sama rata-rata (average).

Langkah berikutnya buat nilai persediaan di perusahaan manufaktur itu nambahin komponen biaya lain, yaitu biaya tenaga kerja yang ikut proses produksi sama biaya-biaya nggak langsung atau overhead.

3. Simulasi Efek Metode Persediaan: Lihat Bedanya di Laba Kotor!

Gimana? Udah mulai kebayang kan gimana cara kerja metode FIFO, LIFO, dan Rata-Rata dari contoh-contoh di atas? Biar makin mantap pemahamanmu dan bisa lihat langsung 'drama' perbedaan angka yang bisa dihasilin dari tiap metode, saya udah siapin simulator mini nih buat kamu!

Kamu bisa coba masukin data pembelian dan penjualan versimu sendiri (atau pakai contoh yang ada), terus nanti aplikasi ini bakal langsung ngitungin dan ngebandingin HPP, nilai persediaan akhir, sampai laba kotornya kalau pakai metode FIFO, LIFO (kita pakai asumsi sistem periodik ya, biar nyambung sama contoh), dan Rata-Rata Tertimbang Periodik. Penasaran kan liat gimana angka-angkanya bisa 'joget' beda-beda? Yuk, langsung aja dijajal simulatornya di bawah ini!

🧪 Simulator FIFO, LIFO, & Rata-Rata 📊

Langkah 1: Masukin Data Transaksi Persediaanmu Dulu Ya!

Beli #1: Total Biaya: Rp 0
Beli #2: Total Biaya: Rp 0
Beli #3: Total Biaya: Rp 0

Data Penjualan (dalam satu periode ini):

Jual: Total Penjualan: Rp 0

4. Cara Nilai Persediaan dan Pengaruhnya ke HPP

Ada tiga cara buat nilai persediaan, yaitu:

  • First in, first out (FIFO)
  • Last in, first out (LIFO)
  • Average (Rata-rata)

Cara-cara ini ngasih hasil yang beda-beda buat nilai harga pokok penjualan (HPP) perusahaan di satu periode. Nggak ada yang lebih bagus satu dari yang lain kok.

Pakai metode ini bakal pas kalau disesuaiin sama tipe persediaan perusahaannya.

Kalau kamu udah milih pakai salah satu cara, kamu nggak bisa seenaknya ganti pakai cara lain. Tapi, kalau kamu mutusin buat ngubah karena ada alesan yang kuat dan bisa dipertanggungjawabin, nah, kamu juga perlu ngubah cara nilai persediaan di laporan periode-periode sebelumnya.

Selain tiga metode itu, ada juga beberapa metode lain yang bisa dipakai buat nentuin nilai persediaan. Kamu bisa baca tulisan saya yang judulnya "5 Metode Alternatif untuk Menghitung Nilai Persediaan".

4.1. Metode First In, First Out (FIFO) buat Nilai Persediaan dan HPP

Di metode first in, first out (FIFO), tiap kali kamu jual produk, buat nentuin HPP-nya kamu pakai biaya paling awal dari biaya perolehan persediaannya.

Cara ini biasa dipakai sama perusahaan yang persediaannya nggak awet, misalnya perusahaan yang jual makanan seger.

Kelebihan cara ini, persediaan bakal dinilai pas sama biaya-biaya yang dikeluarin buat dapetinnya. Terus, dibanding LIFO, perusahaanmu bakal punya nilai akhir persediaan yang sama, nggak peduli sistem persediaan apa yang kamu pakai, mau prepetual atau periodik.

Contoh pakai metode FIFO itu kayak gini.

Anggap aja perusahaanmu pakai sistem persediaan periodik. Tanggal 11 Januari 2020, perusahaanmu beli 30 unit barang harga per unitnya 1 juta. Di akhir bulan sisa 15 unit. Terus, tanggal 13 Februari 2020, perusahaanmu beli lagi 20 unit barang, tapi kali ini harga per unitnya naik jadi 1,2 juta. Di akhir Maret 2020, kamu ngitung persediaan cuma sisa 10 unit, berarti persediaan yang kejual selama kuartal itu 40 unit.

Berdasarkan metode FIFO, harga pokok penjualan (HPP) buat kuartal ke-1 (Januari-Maret) jadi sebesar 42 juta (30 unit harga @1 juta dan 10 unit harga @1,2 juta). Nilai akhir persediaan di neraca jadi sebesar 12 juta (10 unit harga @1,2 juta).

Sistem persediaan FIFO

4.2. Metode Last In, First Out (LIFO) buat Nilai Persediaan dan HPP

Di metode last in, first out (LIFO), tiap kali kamu jual barang, buat nentuin harga pokok penjualannya (HPP) kamu pakai biaya paling akhir dari biaya perolehan persediaannya.

Cara ini biasa dipakai sama perusahaan yang barang barunya kemungkinan paling cepet laku, misalnya perusahaan fashion.

Beda sama cara first in, first out (FIFO), di cara LIFO nilai akhir persediaan bisa beda kalau kamu pakai sistem persediaan periodik atau prepetual.

Kalau pakai sistem persediaan prepetual, kamu langsung pakai harga perolehan tiap persediaan terakhir yang kamu beli buat nentuin harga pokok penjualan (HPP). Sedangkan di sistem persediaan periodik, harga perolehan persediaan yang dipakai buat nentuin HPP itu bener-bener yang paling terakhir pas periode laporan.

Biar lebih ngerti penjelasan di atas, anggap aja tanggal 3 Januari 2020 perusahaanmu beli 10 pasang sepatu harganya 500 ribu per pasang. Tanggal 10 Januari 2020 perusahaanmu berhasil jual 6 pasang. Tanggal 16 Januari 2020 perusahaanmu beli lagi 10 pasang, tapi kali ini harganya 550 ribu per pasang. Tanggal 22 Januari 2020, perusahaanmu berhasil jual 8 pasang. Tanggal 25 Januari 2020, perusahaanmu beli lagi 10 pasang, kali ini harganya 600 ribu. Akhirnya, di akhir bulan tanggal 31 Januari 2020, perusahaan jual lagi 9 pasang sepatu, jadi sisa sepatu di gudang tinggal 7 pasang.

Berapa nilai persediaan sama harga pokok penjualan (HPP) di akhir periode itu?

Sistem persediaan periodik

Nilai persediaan akhir jadi sebesar 3,5 juta (7 x 500 ribu) dan HPP-nya sebesar 13 juta ( (10x600 ribu) + (10x550 ribu) + (3x500 ribu) ).

Sistem persediaan prepetual

Di sistem persediaan prepetual, nilai persediaan sama HPP bakal beda dibanding sistem persediaan periodik.

Pas penjualan ke-1, harga pokok penjualan (HPP) jadi sebesar 3 juta (6 x 500 ribu). Pas penjualan ke-2, HPP-nya sebesar 4,4 juta (8x550 ribu). Pas penjualan ke-3, HPP-nya sebesar 5,4 juta (9 x 600 ribu). Jadi, total harga pokok penjualan (HPP) di akhir periode jadi sebesar 12,8 juta.

Nilai persediaan di akhir periode jadi sebesar 3,7 juta, yang diitung dengan nambahin 1 pasang pembelian di tanggal 3 Januari, 2 pasang pembelian di tanggal 16 Januari, sama 4 pasang pembelian di tanggal 25 Januari ((1 x 600 ribu) + (2 x 550 ribu) + (4 x 500 ribu)).

Sistem Persediaan LIFO

4.3. Metode Biaya Rata-Rata buat Nilai Persediaan dan HPP

Biaya rata-rata (average) biasanya dipakai di perusahaan yang jual barang sejenis dan jumlahnya banyak, misalnya perusahaan perkakas dengan persediaan barang dagang kayak mur, baut, paku, sama sekrup. Pasti ribet banget kan kalau pakai metode persediaan kayak FIFO atau LIFO.

Ngitung biaya rata-rata sendiri nggak sesusah kalau pakai first in, first out (FIFO) atau last in, first out (LIFO). Kamu cukup pakai hitungan matematika sederhana aja. Tiap kali kamu beli persediaan barang dagang, kamu cuma perlu ngitung ulang biaya rata-ratanya.


5. Penutup

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) itu aset yang dipunya perusahaan yang tujuannya buat dijual ke pelanggan. Ini beda sama aset tetap yang tujuannya buat dukung operasional perusahaan.

Persediaan barang dagang cuma ada di perusahaan yang jual beli barang sama perusahaan manufaktur. Jadi, perusahaan jasa nggak punya akun persediaan barang dagang.

Harga buat dapetin persediaan itu nggak cuma dari harga belinya aja, tapi juga dari biaya-biaya lain yang muncul pas perusahaan beli barang itu. Contohnya biaya pengiriman sama pajak-pajak yang nggak bisa dikreditin.

Nah, persediaan itu bakal tetep ada di neraca perusahaan sampai laku kejual. Pas kejual, buat nentuin harga pokok penjualan (HPP), perusahaan bisa pakai beberapa cara nilai persediaan, yaitu first in, first out (FIFO), last in, first out (LIFO), sama average (rata-rata).

Segitu dulu ya tulisan saya soal hubungan antara persediaan barang dagang, cara nentuin harga perolehannya, sama cara-cara nilainya yang bisa ngaruh ke harga pokok penjualan di laporan laba rugi.

Stay safe and stay healthy. Take care!

Ardya
Ardya Accountant. Financial Consultant. Blogger
Ad
📚 This Week's Must-Reads! Cekidot, Guys! 📚

Advertisement

Advertisement

Promosi

🧠 Buka Rahasia Uang di The Psychology of Money!

Kaya bukan soal pintar, tapi soal perilaku. Buku fenomenal ini bongkar cara berpikir orang sukses soal uang—dan bisa jadi game-changer hidupmu.
Eksklusif dari Gramedia Official Store!