Bukan Cuma FIFO/LIFO! Ini 5 Metode Lain Hitung Nilai Persediaan + Kuis Jodohnya!

Di akuntansi, paling nggak ada 5 cara lain buat ngitung nilai persediaan barang dagang sama harga pokok penjualan (HPP), selain yang biasa kita denger kayak first in, first out (FIFO), last in, last out (LIFO), sama average.
Cara-cara lain buat nilai persediaan itu ada identifikasi khusus (specific identification), nilai realisasi bersih (net realizable value), lebih rendah biaya atau pasar (lower of cost or market), metode laba kotor (gross profit method), sama metode persediaan ritel (retail inventory method).
Beberapa cara lain ini, bisa jadi, malah lebih pas buat bisnis yang kamu jalanin, entah itu perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur.
Sebelum kita bahas lebih jauh soal lima cara ini, buat kamu yang belum ngerti metode FIFO, LIFO, sama average, kamu bisa baca dulu tulisan saya yang judulnya "Hubungan antara Persediaan dengan Biaya di dalam Akuntansi".
Metode Identifikasi Khusus dalam Penilaian Persediaan
Di metode identifikasi khusus (specific identification), cara nilai persediaan sama nentuin harga pokok penjualan itu pakai harga beli asli dari persediaan yang udah dikelompokin dengan ciri-ciri tertentu.
Jadi, biar ngitung nilai persediaannya pas, perusahaan harus nyatet harga beli tiap jenis persediaan, nyatet tiap jenis persediaan yang kejual, dan terakhir, nentuin nilai akhir persediaan dengan jumlahin biaya beli dari tiap jenis persediaan.
Cara ini kurang pas buat perusahaan yang barangnya banyak banget dan mirip-mirip semua, plus harga per unitnya lumayan murah.
Metode ini lebih cocok buat perusahaan dengan barang yang nggak terlalu banyak dan bisa diidentifikasi satu per satu. Contohnya perusahaan yang jual barang antik atau dealer kendaraan mewah.
Soal akuratnya, cara ini bisa ngasih nilai persediaan yang paling pas karena nilai persediaannya dihitung pakai biaya asli dan bukan cuma ngandelin perkiraan nilai akhir persediaan yang ada di gudang pas periode laporan.
Biar gampang ngertinya soal metode identifikasi khusus ini, anggap aja tanggal 1 Januari 2020 sebuah dealer mobil Ferrari punya tiga mobil dengan tipe yang sama tapi beda warna, yaitu merah, ungu, dan hijau.
Warna | Biaya |
---|---|
Merah | 5 M |
Ungu | 4,5 M |
Hijau | 4,6 M |
Tanggal 10 Januari 2020, dealer mobil itu nambah persediaannya dua unit lagi, kali ini warnanya biru sama hitam.
Warna | Biaya |
---|---|
Merah | 5 M |
Ungu | 4,5 M |
Hijau | 4,6 M |
Biru | 5,2 M |
Hitam | 4,8 M |
Tanggal 20 Januari 2020, dealer itu berhasil jual satu mobil warna hijau. Jadi, nilai persediaan akhir sama harga pokok penjualan tanggal 31 Januari 2020 jadi begini:
Bulan | Tanggal | Keterangan | Warna | Biaya |
---|---|---|---|---|
Jan-20 | 1 | Persediaan | Merah | 5 M |
Ungu | 4,5 M | |||
Hijau | 4,6 M | |||
14,1 M | ||||
10 | Pembelian | Biru | 5,2 M | |
Hitam | 4,8 M | |||
10 M | ||||
20 | Harga Pokok Penjualan | Hijau | -4.6 M |
Harga pokok penjualan (HPP) itu diitung dari harga beli unit yang kejual. Di kasus ini, yang kejual sampai akhir Januari itu mobil warna hijau dengan harga beli 4,6 M. Jadi, HPP di bulan Januari itu 4,6 M.
Buat nilai akhir persediaan tanggal 31 Januari 2020, nilainya itu sebesar nilai persediaan yang sisa, yaitu:
Bulan | Tanggal | Warna | Biaya |
---|---|---|---|
Jan-20 | 31 | Merah | 5 M |
Ungu | 4,5 M | ||
Biru | 5,2 M | ||
Hitam | 4,8 M | ||
Total | 19,5 M |
Metode Net Realizable Value dalam Penilaian Persediaan
Semua cara nilai persediaan yang udah kita bahas tadi, mau itu FIFO, LIFO, average, ataupun identifikasi khusus, semuanya nekenin penilaian persediaan itu dari harga belinya.
Tapi, di metode nilai realisasi bersih (net realizable value), semua persediaan perusahaan yang ada cacat (defect) atau udah usang, jadi kemungkinan kejualnya di bawah harga beli, nah perusahaan harus cepet-cepet ngoreksi nilai persediaannya jadi di bawah harga belinya.
Di kasus ini, perusahaan ngoreksi nilai persediaan yang usang atau cacat itu dengan ngurangin harga beli sama hasil taksiran (appraisal) atau penilaian harga jual persediaan itu sekarang. Selisihnya diakuin sebagai kerugian penurunan nilai.
Coba perhatiin kasus ini, pas perusahaan nilai ulang persediaannya di gudang, beberapa barang rusak jadi nilainya kurang sampai setengahnya:
Keterangan | Jumlah |
---|---|
Harga perolehan | 100 juta |
Dikurang: Estimasi harga jual saat ini | -50 juta |
Kerugian penurunan nilai | 50 juta |
Koreksi buat kerugian penurunan nilai 50 juta itu harus diakuin langsung tanpa nunggu barangnya kejual.
Jadi, jurnal buat koreksi ini bakal ngakuin kerugian di laporan laba rugi dan ngurangin nilai persediaan di neraca. Entri jurnal-nya kayak gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kerugian penurunan nilai persediaan | 50 juta | |
Persediaan | 50 juta |
Metode Lower of Cost or Market (LCM) dalam Penilaian Persediaan
Di metode lebih rendah biaya atau pasar (lower of cost or market / LCM), pas nilai persediaan turun di bawah harga belinya, perusahaan bisa milih buat nilai ulang dengan ngambil yang paling rendah antara harga beli persediaan atau harga pasarnya sekarang.
Biar lebih gampang ngertiin metode ini, anggap aja sebuah perusahaan pakai metode FIFO. Di akhir periode, perusahaan ngitung fisik nilai persediaannya, totalnya 113 juta. Pas barengan, harga pasar buat persediaan itu turun, jadi nilai persediaannya jadi 102 juta.
Di metode lower of cost or market, penurunan nilai persediaan itu bakal diakuin sebagai biaya, jadi ngurangin nilai laba bersih sebesar 11 juta.
Keterangan | Nilai |
---|---|
Nilai persediaan (hitungan fisik) | 113 juta |
Harga pasar saat ini | 102 juta |
Penurunan nilai pasar (kerugian) | 11 juta |
Hitungan masing-masing barangnya kayak gini:
Barang | Kuantitas | Harga Perolehan | Harga Pasar | Valuasi | LCM |
---|---|---|---|---|---|
X | 20 | 1 juta | 1,2 juta | Harga perolehan | 20 juta |
Y | 40 | 1,2 juta | 1 juta | Harga pasar | 40 juta |
Z | 30 | 1,5 juta | 1,4 juta | Harga pasar | 42 juta |
Total | 102 juta |
Di metode lower of cost or market (LCM), kamu bisa lihat kalau harga yang dipakai buat nilai persediaan itu yang paling rendah antara harga beli sama harga pasar sekarang.
Pas periode laporan akhir tahun, kalau perusahaan ngakuin nilai persediaan di neraca sebesar 113 juta, maka perusahaan itu harus bikin penyesuaian dengan ngredit persediaan dan ndebit kerugian penurunan nilai itu.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kerugian penurunan nilai persediaan | 11 juta | |
Persediaan | 11 juta |
Metode Laba Kotor (Gross Profit Method) dalam Penilaian Persediaan
Metode laba kotor (gross profit method) bisa dipakai sama perusahaan yang rata-rata persentase laba kotornya lumayan stabil selama minimal tiga tahun terakhir, plus lagi susah buat ngitung fisik nilai persediaannya.
Cara ini pakai perkiraan laba kotor buat nentuin kira-kira harga pokok penjualan (HPP) nya berapa, yang nantinya bisa dipakai buat nentuin kira-kira nilai akhir persediaannya.
Hahaha.. bingung ya?
Jadi gini, pertama kamu perlu ngerti dulu rumus buat nentuin HPP, yaitu:
Langkah | Keterangan | |
---|---|---|
1 | Nilai awal persediaan | |
2 | Tambahkan pembelian persediaan | + |
3 | Nilai persediaan yang tersedia untuk dijual | = |
4 | Kurangkan nilai akhir persediaan | - |
5 | Harga Pokok Penjualan (HPP) | = |
Nah, dari persamaan itu, metode laba kotor ditemuin.
Anggap aja sebuah perusahaan punya rata-rata laba kotor selama tiga tahun terakhir itu 30%, penjualan di periode laporan 500 juta, nilai awal persediaan 250 juta, dan pembelian bersih persediaan 50 juta.
Masalahnya, perusahaan lagi susah buat ngitung fisik persediaan buat nentuin nilai akhir persediaannya.
Nah, buat ngatasin ini, perusahaan bisa pakai metode laba kotor buat nentuin perkiraan nilai akhir persediaannya:
Keterangan | Nilai | |
---|---|---|
Nilai awal persediaan | 350 juta | |
Pembelian persediaan | 50 juta | |
Persediaan yang tersedia untuk dijual | 400 juta | |
Penjualan | 500 juta | |
Estimasi laba kotor (30%) | 150 juta | |
Estimasi HPP | 350 juta | |
Estimasi persediaan akhir | 50 juta |
Metode Persediaan Ritel dalam Penilaian Persediaan
Secara konsep, metode persediaan ritel (retail inventory method) itu mirip sama metode laba kotor. Bedanya, di metode ini, yang dipakai buat dasar ngitung perkiraan nilai akhir persediaan itu rasio antara HPP sama harga penjualan.
Metode ini sendiri, ya sesuai namanya, banyak dipakai sama perusahaan-perusahaan yang bisnisnya di bidang ritel. Biasanya perusahaan-perusahaan itu ngelakuin hitungan fisik persediaan tiap tiga bulan, enam bulan, atau setahun sekali. Jadi, buat nilai persediaan di laporan bulanan atau kuartalan, mereka pakai perkiraan.
Hasil perkiraan dari hitungan metode persediaan ritel ini sendiri sering dibandingin sama hasil hitungan fisik, buat dijadiin alat kontrol internal perusahaan biar nggak ada barang dagangan yang ilang atau dicuri.
HPP | Harga Jual | |
---|---|---|
Persediaan awal | 75 juta | 110 juta |
Pembelian persediaan | 46 juta | 65 juta |
Persediaan tersedia untuk dijual | 121 juta | 175 juta |
Penjualan pada periode pelaporan | 130 juta | |
Persediaan akhir (pada harga jual) | 45 juta | |
Rasio HPP terhadap harga penjualan | 69% | |
Persediaan akhir (pada HPP) 69% x 45 juta | 31,05 juta |
Coba perhatiin deh!
Cara ngitung di metode persediaan ritel itu syaratnya nilai awal persediaan sama pembelian persediaan dicatet pakai harga beli dan juga harga jualnya, begitu juga total persediaan yang siap dijual.
Terus, penjualan di periode laporan dikurangin sama persediaan yang siap dijual. Hasilnya nanti diubah ke nilai markup, jadi ketemu deh perkiraan nilai akhir persediaannya.
Metode Persediaan Mana yang 'Jodoh' Sama Bisnismu? Cek di Sini!
Wih, ternyata banyak banget ya cara buat ngitung nilai persediaan selain metode FIFO, LIFO, atau Average yang mungkin udah sering kita denger! Setelah kita kupas tuntas lima metode alternatif tadi, mulai dari Identifikasi Khusus yang super detail sampai Metode Persediaan Ritel yang cocok buat toko, mungkin kamu jadi garuk-garuk kepala sambil mikir, 'Oke, banyak pilihan nih. Terus, buat bisnis saya (atau bisnis impian saya nanti), metode mana dong yang paling klik?'
Tenang, nggak usah bingung kelamaan! Biar kamu ada gambaran lebih jelas, saya udah siapin 'alat pencari jodoh' metode persediaan yang simpel tapi seru nih. Kamu tinggal jawab beberapa pertanyaan singkat soal karakteristik bisnismu, nanti aplikasi ini bakal ngasih petunjuk metode mana aja dari yang udah kita bahas (plus sedikit nyinggung metode standar sebagai pembanding) yang kemungkinan paling cocok atau paling nggak perlu kamu pertimbangkan lebih lanjut. Yuk, kita cari tahu bareng 'jodoh' metode persediaanmu!
🔍 Cari Tahu Metode Persediaan Idealmu!
Jawab beberapa pertanyaan berikut buat dapet rekomendasi metode penilaian persediaan yang paling pas buat karakteristik bisnismu.
Penutup
Di akuntansi, ada lima cara lain buat ngitung nilai persediaan, masing-masing punya kecocokan buat berbagai jenis bisnis.
Metode identifikasi khusus dianggap paling akurat karena ngelacak biaya asli dari tiap barang persediaan, cocok buat bisnis dengan persediaan yang dikit dan bisa diidentifikasi.
Cara lainnya termasuk nilai realisasi bersih, lebih rendah biaya atau pasar, metode laba kotor, sama metode persediaan ritel, masing-masing ngasih pendekatan beda buat nilai persediaan.
Ngertiin cara-cara ini bisa bantu perusahaan nilai persediaannya dengan pas dan milih cara yang paling cocok sama kebutuhannya.
Segitu dulu ya tulisan saya soal lima cara lain buat ngitung nilai persediaan.
Stay safe and stay healthy. Take care!