Cara Mudah Akuntansi Aset Tetap & Depresiasi (Plus Kalkulator Interaktif!)
Aset tetap berwujud (tangible assets) itu aset yang dibeli perusahaan buat dukung kegiatan operasional perusahaan dalam jangka panjang dan bukan buat dijual lagi.
Dari definisi itu, yang ditekankan adalah aset tetap berwujud itu aset yang dipakai buat dukung kegiatan operasional perusahaan. Artinya, aset kayak tanah yang mau dipakai nanti atau buat tujuan spekulasi, itu bukan aset tetap berwujud, tapi masuknya investasi jangka panjang.
Yang termasuk aset tetap berwujud itu tanah, bangunan (gedung kantor, pabrik, gudang), sama peralatan (furnitur, komputer, mesin, kendaraan, dll). Makanya, di akuntansi, aset tetap berwujud sering juga disebut plant, property, and equipment (PP&E).
1. Aset Tetap Berwujud: Konsep dan Akuntansinya
Tiap tahun, setelah perusahaan nge-review strategi jangka panjangnya, perusahaan bakal bikin anggaran modal (capital budgeting) berdasarkan strategi itu.
Pas capital budgeting-nya disetujuin, selanjutnya perusahaan bakal beli aset tetap yang dibutuhin.
Di akuntansi, dasar buat nyatet aset tetap berwujud itu ya sebesar biaya perolehannya. Ini termasuk harga barang, biaya pengiriman, sama biaya-biaya lain yang muncul pas nyiapin aset itu. Dasar ini juga berlaku buat aset tetap tak berwujud dan aset sumber daya alam (SDA).
Istilah kapitalisasi itu dipakai buat nyatet biaya perolehan aset tetap berwujud di neraca perusahaan.
Beberapa jenis biaya pas beli tanah atau bangunan itu misalnya harga tanah atau bangunan, biaya ngecek sertifikat, biaya akta jual beli, bea perolehan atas hak tanah dan bangunan (BPHTB), biaya notaris, biaya perantara, biaya meterai, dan termasuk biaya-biaya lain kayak biaya buat pembebasan lahan.
Nah, kalau beberapa jenis biaya pas beli peralatan itu misalnya harga peralatan, pajak-pajak yang nggak bisa dikreditin (artinya, pajak yang bisa dikreditin, contohnya PPN, itu bukan termasuk biaya perolehan ya), biaya pengiriman termasuk asuransi pengiriman, biaya rakit dan pasang, termasuk biaya bunga kalau beli peralatannya pakai pinjaman berbunga.
Contohnya nih, anggap aja PT XYZ beli tanah, bangunan, sama peralatan seharga 15 miliar. Harga ini udah termasuk biaya-biaya lain buat dapetin bangunan itu.
Sama jasa penilai, tanah dinilai 7 miliar, bangunan 8 miliar, dan peralatan 1 miliar.
Nah, dari penilaian itu, harga perolehan masing-masing asetnya jadi:
Bobot Aset x Total Pembelian | Nilai Aset |
(7 miliar/16 miliar) X 15 miliar | 6,57 miliar |
(8 miliar/16 miliar) X 15 miliar | 7,5 miliar |
(1 miliar/16 miliar) X 15 miliar | 930 juta |
Maka, PT XYZ ngejurnal pembelian tanah, bangunan, sama peralatan itu kayak gini:
Akun | Debit | Kredit |
Tanah | 6,57 miliar | |
Bangunan | 7,5 miliar | |
Peralatan | 930 juta | |
Kas | 15 miliar |
2. Depresiasi Aset Tetap: Konsep dan Akuntansinya
Pas perusahaan pakai aset tetap buat dukung operasinya, aset itu bakal makin turun nilainya gara-gara dipakai, rusak, usang, atau faktor lain (ini nggak berlaku buat tanah ya, soalnya tanah itu aset yang nggak disusutin).
Turunnya nilai itu di akuntansi disebut depresiasi atau penyusutan. Ini cara buat ngebagi harga perolehan aset selama masa manfaatnya sebagai beban.
Di proses ngebagi biaya ini, perusahaan nyoba nentuin seberapa gede sih bagian dari harga perolehan yang harus dijadiin beban di satu periode.
Nggak ada satupun metode depresiasi yang ngebolehin perusahaan jadiin semua harga perolehan sebagai beban di satu periode aja.
Pas pelepasan aset, perusahaan perlu bikin pendebitan buat akumulasi depresiasinya.
Nah, metode-metode depresiasi itu ada:
- • Metode garis lurus (straight-line method)
- • Metode jumlah unit produksi (units-of-output method)
- • Metode saldo menurun (declining method), yang dibagi jadi:
Ini beberapa istilah di aset tetap sama metode penyusutan atau depresiasinya yang perlu kamu tahu:
Terminologi | Penjelasan |
Biaya akuisisi (historical cost) | Harga beli aset, termasuk biaya-biaya lain buat dapetin aset itu. |
Umur aset (service life) | Perkiraan usia manfaat aset, diukur dalam tahun atau jumlah produksi. |
Nilai sisa (salvage value) | Perkiraan nilai aset pas akhir umur asetnya. |
Nilai yang didepresiasi (depreciable base) | Biaya akuisisi dikurang nilai sisa. |
Nilai buku bersih (book value) | Biaya akuisisi dikurang akumulasi penyusutan. |
2.1. Depresiasi Aset Tetap: Metode Garis Lurus
Ngitung metode garis lurus (straight-line method) itu gampang banget, tinggal bagi aja depreciable base sama perkiraan umur asetnya.
Metode ini nganggep kalau penggunaan aset itu tergantung waktu, bukan tergantung seberapa sering dipakai.
Kelebihan metode ini tuh gampang ngitung tingkat keusangan yang sama terus tiap waktu. Nah, kurangnya, metode ini cenderung ngabaiin tingkat keusangan yang sebenernya lumayan tinggi di tahun pertama.
Contohnya nih, anggap aja tanggal 2 Januari 2020, PT XYZ beli mesin pencacah plastik seharga 48 juta buat ngelola limbahnya. Biaya kirim sama pasang alat itu 2 juta. Umur mesin ini diperkirain 10 tahun dan pas akhir umur asetnya, nilai sisanya diperkirain 7 juta.
Pakai metode garis lurus, maka beban depresiasi atau penyusutan per tahunnya jadi:
(48 juta + 2 juta - 7 juta) / 10 = 4,3 juta per tahun
Entri penyesuaian buat transaksi itu tanggal 31 Desember 2020 jadinya:
Akun | Debit | Kredit |
Beban depresiasi | 4,3 juta | |
Akumulasi depresiasi | 4,3 juta |
Akumulasi depresiasi itu akun kontra dari aset tetap berwujud yang nunjukkin kumpulan beban depresiasi atau penyusutan selama umur aset.
Jadi, dengan ngurangin nilai perolehan aset tetap berwujud di neraca sama akumulasi depresiasi, dapet deh nilai buku bersih aset tetap berwujudnya.
Contoh di atas itu buat aset tetap yang dibeli di awal tahun.
Terus gimana ngitung beban depresiasinya kalau beli aset tetapnya nggak di awal tahun?
Gampang banget, tinggal pakai pecahan tahun (year fraction) aja.
Contohnya, anggap aja PT XYZ beli mesin pencacah plastik itu tanggal 3 Maret 2020.
Maka, beban depresiasinya di akhir tahun jadi sebesar:
(48 juta + 2 juta - 7 juta) / 10 x 10/12 = 3,58 juta
2.2. Depresiasi Aset Tetap: Metode Jumlah Unit Produksi
Beda sama metode garis lurus, di metode jumlah unit produksi (units-of-output method), depresiasi aset itu tergantung pemakaian atau produksi, bukan waktu.
Metode jumlah unit produksi ini cocok dipakai buat perusahaan manufaktur yang punya mesin-mesin pabrik. Perusahaan manufaktur bisa ngukur pakai satuan produksi atau jumlah waktu mesinnya dipakai.
Metode ini juga cocok dipakai sama perusahaan penerbangan yang bisa ngukur waktu penggunaan pesawatnya.
Di metode jumlah unit produksi, perusahaan ngira-ngira jumlah unit produksi yang bisa dihasilin selama umur aset, terus unit-unit ini dibagi jadi biaya yang bisa didepresiasi. Hasil itungan ini namanya biaya depresiasi per unit. Nah, biaya depresiasi per unit itu dikaliin sama jumlah unit yang diproduksi dalam satu periode, dapet deh biaya depresiasi tahunannya.
Contohnya, pakai data PT XYZ yang tadi udah dibahas, anggap aja mesin pencacah plastik itu bisa dipakai buat ngolah limbah plastik sebanyak 7 ribu ton selama umur asetnya. Terus, anggap juga di tahun awal pemakaian atau di tahun 2020, limbah plastik yang diolah itu 2 ribu ton. Berapa beban depresiasi mesin itu di tahun 2020?
Pertama-tama, kamu perlu ngitung biaya depresiasi atau penyusutan per unit selama umur aset tetap itu:
(48 juta + 2 juta - 7 juta) / 7 ribu ton = Rp 6,14 per kg
Selanjutnya, buat ngitung biaya depresiasi selama tahun 2020, tinggal kaliin aja biaya depresiasi per unit sama jumlah limbah plastik yang diolah di periode itu:
2 ribu ton x Rp 6,14 per kg = 12,28 juta
Jurnal buat biaya depresiasi itu jadinya:
Akun | Debit | Kredit |
Beban depresiasi | 12.28 juta | |
Akumulasi depresiasi | 12.28 juta |
2.3. Metode Depresiasi Saldo Menurun
Metode depresiasi saldo menurun (declining method) itu ngasih biaya depresiasi yang lebih gede di awal-awal tahun pemakaian aset tetap dibanding metode lain.
Ini gara-gara pengalaman di lapangan, perusahaan itu biasanya pakai aset jor-joran di awal tahun pas kondisi asetnya masih bagus banget dan perawatannya masih dikit.
Dua metode di metode saldo menurun itu ada metode saldo menurun ganda (double declining balance) sama metode jumlah angka tahun (sum of the years' digit method).
Depresiasi Aset Tetap: Metode Saldo Menurun Ganda
Metode depresiasi saldo menurun ganda (double declining balance method) itu metode depresiasi yang dicepetin buat nilai buku aset.
Prinsipnya sih, metode depresiasi saldo menurun ganda itu sama kayak metode depresiasi garis lurus. Bedanya, depresiasinya dicepetin dua kali lipat tiap periode, dan di metode ini, hitungan awalnya nggak pakai nilai sisa aset di akhir umur aset.
Nilai buku x (2 / Umur aset)
Pakai data PT XYZ, maka beban depresiasi atau penyusutan di awal tahun pertama itu:
(48 juta + 2 juta) x 2/10 = 10 juta
Dari situ, nilai buku di awal tahun ke-2 jadi 50 juta - 10 juta = 40 juta
Jadi, beban depresiasi di akhir tahun ke-2 atau tahun 2021 itu sebesar:
40 juta x 2/10 = 8 juta
Tahun | Nilai yang didepresiasi | Rate depresiasi | Beban depresiasi | Akumulasi depresiasi | Nilai buku |
2020 | 50.000.000 | 2/10 | 10.000.000 | 10.000.000 | 40.000.000 |
2021 | 40.000.000 | 2/10 | 8.000.000 | 18.000.000 | 32.000.000 |
2022 | 32.000.000 | 2/10 | 6.400.000 | 24.400.000 | 25.600.000 |
2023 | 25.600.000 | 2/10 | 5.120.000 | 29.520.000 | 20.480.000 |
2024 | 20.480.000 | 2/10 | 4.096.000 | 33.616.000 | 16.384.000 |
2025 | 16.384.000 | 2/10 | 3.276.800 | 36.892.800 | 13.107.200 |
2026 | 13.107.200 | 2/10 | 2.621.440 | 39.514.240 | 10.485.760 |
2027 | 10.485.760 | 2/10 | 2.097.152 | 41.611.392 | 8.388.608 |
2028 | 8.388.608 | 2/10 | 1.388.608 | 43.000.000 | 7.000.000 |
2029 | 7.000.000 | 2/10 | 0 | 43.000.000 | 7.000.000 |
Perhatiin deh!
Di tahun 2028, beban depresiasinya cuma 1,38 juta. Ini gara-gara di tahun 2028, nilai bukunya udah nyampe nilai sisanya, yaitu 7 juta.
Terus, di tahun 2029 udah nggak ada lagi beban depresiasi.
Depresiasi Aset Tetap: Metode Jumlah Angka Tahun
Sama kayak metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun (sum of the years' digit method) juga nyepetin depresiasi atau penyusutan, tapi yang dipakai itu jumlah angka tahun sebagai pecahannya.
Angka pembilangnya itu jumlah umur aset yang sisa, dan angka penyebutnya itu jumlah semua angka tahun. Angka penyebut ini jumlahnya sama terus tiap tahun.
Dari contoh kasus PT XYZ, umur asetnya kan 10 tahun, jadi jumlah angka tahunnya itu 10+9+8+7+6+5+4+3+2+1=55.
Di metode jumlah angka tahun, nilai yang didepresiasi itu harga perolehan dikurang nilai sisa, yang jumlahnya bakal selalu sama tiap tahun.
Jadi, nilai yang didepresiasi atau disusutin di PT XYZ itu 50 juta - 7 juta = 43 juta.
Beban depresiasi di tahun pertama jadinya:
43 juta x 10/55 = 7,8 juta
Beban depresiasi di tahun ke-2 jadinya:
43 juta x 9/55 = 7,04 juta
Begitu seterusnya, sampai nilai bukunya nyampe nilai sisa.
Tahun | Nilai yang didepresiasi | Umur tersisa | Rate depresiasi | Beban depresiasi | Akumulasi depresiasi | Nilai buku |
2020 | 43.000.000 | 10 | 10/55 | 7.818.182 | 7.818.182 | 42.181.818 |
2021 | 43.000.000 | 9 | 9/55 | 7.036.364 | 14.854.545 | 35.145.455 |
2022 | 43.000.000 | 8 | 8/55 | 6.254.545 | 21.109.091 | 28.890.909 |
2023 | 43.000.000 | 7 | 7/55 | 5.472.727 | 26.581.818 | 23.418.182 |
2024 | 43.000.000 | 6 | 6/55 | 4.690.909 | 31.272.727 | 18.727.273 |
2025 | 43.000.000 | 5 | 5/55 | 3.909.091 | 35.181.818 | 14.818.182 |
2026 | 43.000.000 | 4 | 4/55 | 3.127.273 | 38.309.091 | 11.690.909 |
2027 | 43.000.000 | 3 | 3/55 | 2.345.455 | 40.654.545 | 9.345.455 |
2028 | 43.000.000 | 2 | 2/55 | 1.563.636 | 42.218.182 | 7.781.818 |
2029 | 43.000.000 | 1 | 1/55 | 781.818 | 43.000.000 | 7.000.000 |
3. Cobain Langsung: Kalkulator Depresiasi Sederhana!
Nah, setelah panjang lebar ngebahas teori dan contoh-contoh perhitungan depresiasi aset tetap, pasti ada yang udah gatel pengen langsung nyoba ngitung sendiri, kan? Biar makin nempel ilmunya, saya udah bikinin nih aplikasi kalkulator depresiasi sederhana yang bisa langsung kamu pake di sini. Nggak perlu buka Excel atau aplikasi lain!
Kalkulator ini saya desain biar kamu bisa cepet dapet gambaran gimana sih depresiasi tahunan dihitung pake beberapa metode populer yang udah kita bahas tadi. Jadi, kamu bisa masukkin angka-angka dari kasus yang kamu punya, atau sekadar iseng-iseng berhadiah ilmu. Siapa tahu, abis ini kamu jadi makin jago ngitungin penyusutan aset kantor atau bahkan aset pribadi.
Penasaran? Langsung aja scroll ke bawah dikit dan cobain sendiri. Dijamin gampang dan nggak bikin mumet! Oh, ya, hasilnya bisa diekspor ke txt atau csv loh!
Kalkulator Depresiasi Aset Lengkap
4. Penutup
Akuntansi buat aset tetap itu ngatur biar jadiin beban biaya perolehan aset tetap itu nggak sekaligus di satu periode.
Jadi, nilai perolehan aset tetap itu perlu dikapitalisasi dulu di neraca, baru nanti dijadiin bebannya dikit-dikit lewat beban depresiasi atau penyusutan.
Perusahaan bisa milih salah satu metode depresiasi yang udah disebutin di tulisan ini. Tapi, UU PPh di Indonesia cuma ngebolehin dua metode aja, yaitu metode garis lurus sama saldo menurun.
Kalau perusahaan milih pakai metode depresiasi yang nggak diatur di UU PPh buat nyusun laporan komersialnya, itu nggak masalah kok dan bukan pelanggaran hukum, asal pas lapor SPT, laporan yang dilaporin itu yang sesuai sama aturan UU PPh. Nah, kalau ada beda antara depresiasi di laporan komersial sama depresiasi di laporan fiskal, perusahaan tinggal bikin koreksi fiskal aja.
Segitu dulu ya tulisan saya soal akuntansi buat aset tetap berwujud sama depresiasinya.
Stay safe and stay healthy. Take care!