Asumsi & Prinsip Akuntansi: Pahami Dasarnya + Kuis!

Table of Contents

Asumsi dasar akuntansi itu aturan yang udah disepakatin di dunia akuntansi dan dianggap bener.

Anggapan bener ini datangnya dari pengalaman para akuntan selama bertahun-tahun.

Asumsi dasar ini nggak cuma dipakai akuntan buat panduan nyusun laporan keuangan, tapi juga dipakai sama badan yang bikin standar akuntansi buat ngerancang standar akuntansi baru.

Selain asumsi, akuntansi juga punya beberapa prinsip dasar buat ngukur transaksi keuangan. Prinsip-prinsip ini ngatur gimana perusahaan nyatet dan ngelaporin transaksi-transaksinya.

1. Asumsi Dasar Akuntansi Keuangan

Asumsi dasar akuntansi itu, umumnya sih ada empat: asumsi entitas akuntansi, asumsi satuan moneter, asumsi kelangsungan usaha, sama asumsi periode akuntansi.

1.1. Asumsi Entitas Akuntansi

Asumsi entitas akuntansi (accounting entity assumption) itu netapin batasan buat pelaporan perusahaan. Maksudnya, aset, utang, modal, pendapatan, sama beban-beban perusahaan itu dilaporin kepisah dari punya pemilik atau pemegang sahamnya.

Entitas akuntansi biasanya itu bisnis atau entitas ekonomi, kayak perusahaan, entah itu bentuknya perseroan terbatas (PT), kemitraan, perusahaan perseorangan, ataupun organisasi pemerintah dan nirlaba.

Perlu kamu tahu nih, entitas akuntansi itu beda sama entitas hukum, apalagi buat perusahaan kemitraan sama perseorangan.

Kalau di perusahaan PT, entitas akuntansi sama entitas legalnya itu misah dari pemilik. Tapi kalau di perusahaan kemitraan sama perseorangan, entitas akuntansinya misah, tapi entitas legalnya nggak. Jadi, pemiliknya tetep tanggung jawab sama utang dan kewajiban perusahaan.

Asumsi entitas akuntansi juga ngatur batasan soal perusahaan yang punya anak perusahaan. Nah, dalam kasus ini, perusahaan induknya itu harus bikin laporan konsolidasi.

1.2. Asumsi Unit Moneter

Perusahaan itu, pas nyajiin laporan keuangan, cuma boleh masukin transaksi yang bisa diukur. Artinya, cuma transaksi yang bisa diitung dalam angka yang boleh dimasukin ke laporan keuangan.

Buat ngukurnya sendiri pakai satuan mata uang. Jadi, kalau laporan keuangan disusun sama perusahaan yang operasinya di Indonesia, ya satuan yang dipakai itu rupiah.

Tapi, kadang perusahaan transaksi pakai mata uang asing. Nah, kalau kayak gini, nilai mata uang asing itu perlu diubah dulu ke nilai rupiah buat dicatet di laporan keuangan. Ini penting biar semua transaksi bisa dimengerti dan dianalisis pakai mata uang yang sama, yaitu rupiah.

Contohnya, kalau perusahaan beli barang dari luar negeri pakai dolar Amerika Serikat (USD), nilai pembelian dalam USD itu harus diubah jadi nilai rupiah sesuai kurs yang berlaku pas transaksi itu kejadian. Nilai konversi ini nanti dipakai di laporan keuangan perusahaan buat nunjukkin berapa sih sebenernya yang dikeluarin dalam rupiah.

Dengan ngubah nilai mata uang asing ke rupiah, perusahaan bisa mastiin semua transaksi sama akun keuangan dicatet dengan bener dan bisa dibandingin secara konsisten di laporan keuangan.

1.3. Asumsi Kelangsungan Usaha

Asumsi kelangsungan usaha itu nganggep kalau perusahaan bakal jalan terus selamanya atau buat waktu yang nggak terbatas.

Nah, hubungannya sama laporan akuntansi, asumsi ini punya dampak penting buat ngukur aset sama estimasi yang dipakai perusahaan.

Pertama, soal pengukuran aset. Dengan asumsi kelangsungan usaha, perusahaan bisa ngelaporin aset yang didapetnya pakai nilai perolehan atau nilai historis. Artinya, perusahaan bisa nyatet nilai aset berdasarkan harga yang bener-bener dibayar pas beli aset itu. Tapi, kalau asumsi kelangsungan usaha ini nggak ada, misalnya perusahaan mau dilikuidasi, perusahaan harus nyatet nilai asetnya berdasarkan nilai likuidasi. Jadi, nilai asetnya bakal disesuaiin sama nilai jual yang mungkin lebih rendah.

Kedua, asumsi kelangsungan usaha juga ngaruh ke estimasi yang dipakai perusahaan. Contohnya, buat aset tetap yang dibeli perusahaan, perusahaan bisa nyusutin nilai aset tetap itu selama umur ekonomisnya. Umur ekonomis itu perkiraan waktu pakai aset sebelum aset itu dianggap nggak produktif lagi. Dengan asumsi kelangsungan usaha, perusahaan nganggep aset tetap bakal dipakai selama umur ekonomisnya dan nyusutinnya sesuai sama estimasi yang seharusnya.

Coba bayangin kalau asumsi kelangsungan usaha ini nggak ada. Misalnya, perusahaan dianggap cuma bakal jalan 5 tahun tapi beli bangunan yang umur ekonomisnya 20 tahun. Nah, di kasus ini, perusahaan nggak bakal bisa nyusutin aset bangunan itu sesuai umur ekonomisnya, soalnya mereka nganggep bisnisnya bakal berhenti lebih cepet.

Dengan pakai asumsi kelangsungan usaha, perusahaan bisa ngelaporin aset dan bikin estimasi yang lebih akurat dengan mikirin keberlanjutan operasinya buat jangka panjang.

1.4. Asumsi Periode Waktu

Walaupun bisnis itu dianggap bakal jalan terus, tapi pihak-pihak yang berkepentingan butuh info rutin soal kondisi keuangan perusahaan.

Makanya, ditetapin deh periode waktu pelaporan buat ngasih info keuangan ke pihak-pihak yang butuh.

Periode waktu pelaporan umumnya itu laporan keuangan triwulanan atau tahunan. Laporan keuangan triwulanan dibikin tiap tiga bulan sekali, sementara laporan keuangan tahunan dibikin tiap akhir tahun. Lewat laporan ini, pihak-pihak kayak pemegang saham, investor, kreditor, sama pemerintah bisa dapet info terbaru soal kinerja keuangan perusahaan.

Selain itu, ada juga kondisi di mana periode waktu pelaporan bisa lebih sering, misalnya laporan keuangan bulanan. Laporan ini biasanya dibutuhin sama manajemen perusahaan buat mantau perkembangan keuangan perusahaan lebih detail dan ngambil tindakan kalau perlu.

Dengan adanya periode waktu pelaporan yang teratur, pihak-pihak yang berkepentingan bisa dapet info terbaru soal kondisi keuangan perusahaan. Ini bikin perusahaan bisa bikin keputusan yang lebih baik dan ngerti arah perusahaan buat capai tujuan keuangan yang udah ditetapin.

2. Prinsip Dasar untuk Mengukur Transaksi Keuangan

Ada empat prinsip dasar buat ngukur transaksi keuangan: prinsip biaya historis, prinsip pengungkapan menyeluruh, prinsip realisasi, sama prinsip penandingan.

2.1. Prinsip Biaya Historis

Prinsip biaya historis (historical cost principle) itu prinsip akuntansi yang bilang kalau nilai aset sama utang perusahaan dilaporin pakai nilai perolehannya. Dengan kata lain, senilai sama jumlah yang dikeluarin buat dapetin aset dan senilai sama jumlah yang diterima dari utang yang harus dibayar.

Walaupun seiring waktu nilai pasar aset bisa naik turun, perusahaan nggak wajib buat ngubah-ngubah nilai aset itu di laporan keuangannya. Ini artinya perusahaan nggak perlu nyatet nilai aset berdasarkan harga pasar sekarang, tapi tetep pakai nilai perolehan aset pas awal dibeli.

Tapi, ada beberapa kasus di mana perusahaan dibolehin buat ngelakuin penyesuaian atau revaluasi nilai aset di neraca. Contohnya, dalam situasi kuasi reorganisasi pas ada perubahan gede di struktur kepemilikan perusahaan, perusahaan bisa revaluasi aset atau nyesuaiin nilai asetnya sesuai nilai pasar waktu itu.

Revaluasi aset ini tujuannya buat nunjukkin nilai aktual aset itu saat itu, nggak peduli nilai historisnya. Tapi, perlu kamu tahu kalau penyesuaian nilai aset dalam revaluasi ini bukan praktik umum dan nggak sering kejadian di akuntansi perusahaan.

Prinsip biaya historis ngatur perusahaan biar ngelaporin nilai aset sama utang pakai nilai perolehan awal, yang ngasih gambaran soal jumlah yang udah diinvestasiin atau yang harus dibayar perusahaan buat dapetin aset atau menuhi kewajibannya.

2.2. Prinsip Pengungkapan Menyeluruh

Tujuan utama laporan keuangan itu ya nyediain info yang dibutuhin sama yang baca laporan keuangan biar bisa bikin keputusan yang bagus. Nah, buat capai tujuan ini, diterapinlah prinsip pengungkapan menyeluruh (full disclosure principle).

Prinsip pengungkapan menyeluruh itu ngeharusin perusahaan buat ngungkapin semua info yang ngaruh banget ke bisnis perusahaan, termasuk info-info yang nggak bisa ditampilin di laporan keuangan perusahaan, misalnya kayak kewajiban kontinjensi. Hal ini perlu soalnya laporan keuangan cuma bisa nyajiin transaksi yang bisa diukur pakai unit moneter.

Terus, info apa aja sih yang nggak bisa ditampilin langsung di laporan keuangan?

Info-info ini bisa macem-macem, kayak tuntutan hukum yang lagi diadepin perusahaan tapi belum ada keputusan hukumnya, opsi saham eksekutif, perubahan di manajemen perusahaan, rencana merger atau akuisisi perusahaan, sama info lain yang punya dampak gede di masa depan.

Buat nyajiin info-info itu, perusahaan pakai catatan atas laporan keuangan (CALK) yang disertain sebagai bagian dari laporan keuangan. Catatan ini gunanya sebagai penjelasan tambahan yang ngasih rincian sama keterangan lengkap soal info yang nggak bisa disajiin langsung di laporan keuangan utama.

Dengan nerapin prinsip pengungkapan menyeluruh, perusahaan mastiin transparansi sama keterbukaan ke pengguna laporan keuangan. Jadi, mereka bisa dapet info penting buat ngerti kondisi keuangan perusahaan secara lengkap dan bikin keputusan yang pas.

2.3. Prinsip Realisasi Pendapatan

Prinsip realisasi pendapatan (revenue realization principle) itu bilang kalau pendapatan diakuin pas produk udah diterima pelanggan atau kerjaan jasa udah selesai, nggak peduli duitnya udah masuk apa belum. Di akuntansi, ini disebut metode akrual.

Tapi, buat perusahaan konstruksi, ada aturan yang ngebolehin ngakuin pendapatan berdasarkan kemajuan proyeknya. Ini gara-gara sifat khusus di industri konstruksi di mana proses bangunnya bisa lama banget, dan bayaran buat jasa konstruksi seringnya dilakuin bertahap selama proses konstruksi jalan.

Nah, di kasus ini, perusahaan konstruksi bisa pakai metode yang namanya metode pengakuan pendapatan berdasarkan progress penyelesaian (percentage of completion method). Metode ini ngebolehin perusahaan ngakuin pendapatan seiring sama kemajuan proyeknya.

Contohnya, kalau perusahaan udah nyelesaiin 50% proyek konstruksi, mereka bisa ngakuin 50% dari pendapatan yang diharapin dari proyek itu. Pengakuan pendapatan berdasarkan kemajuan ini ngasih gambaran yang akurat soal kinerja keuangan perusahaan konstruksi, nginget sifat proyek yang jalan terus dan bayaran yang dilakuin bertahap.

Dengan adanya prinsip ini, perusahaan konstruksi bisa ngelaporin pendapatannya lebih relevan sama kemajuan proyek yang lagi jalan. Ini bikin para pengguna laporan keuangan bisa dapet info yang lebih akurat soal kinerja perusahaan dan ngambil keputusan yang lebih baik soal investasi, pembiayaan, atau penilaian ke perusahaan konstruksi itu.

2.4. Prinsip Penandingan

Prinsip penandingan (matching concept) itu konsep akuntansi yang ngatur soal pengakuan beban yang nyambung sama pendapatan di periode yang sama.

Prinsip ini dasarnya dari ide kalau ada hubungan sebab-akibat antara pendapatan yang didapet sama beban-beban yang dikeluarin buat ngasilin pendapatan itu. Nah, dalam hal ini, beban-beban yang kejadian pas proses ngasilin pendapatan harus diakuin di periode yang sama dengan pendapatan yang dihasilin.

Contohnya, kalau perusahaan jual produknya dan ngakuin pendapatan dari penjualan itu di tahun 2020, maka biaya-biaya yang nyambung sama produksi dan penjualan produk itu, kayak biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, sama biaya pemasaran, juga harus diakuin di tahun 2020. Ini mastiin kalau pendapatan sama beban-beban yang nyambung itu diitung bareng-bareng di laporan keuangan buat nunjukkin hubungan sebab-akibatnya.

Dengan nerapin prinsip penandingan, perusahaan bisa ngasih gambaran yang akurat soal kinerja keuangannya di satu periode tertentu. Prinsip ini bantu pengguna laporan keuangan, kayak manajemen, investor, sama pihak lain yang terkait, buat ngerti hubungan antara pendapatan yang dihasilin sama biaya-biaya yang nyambung sama penghasilan itu.

Dalam praktiknya, prinsip penandingan bantu perusahaan nganalisis sama mantau efisiensi dan seberapa untungnya operasi mereka, plus buat bikin keputusan bisnis yang lebih baik berdasarkan pemahaman lengkap soal hubungan pendapatan sama beban-beban yang terkait.

3. Saatnya Uji Pemahaman: Pecahkan Kasus Akuntansi Ini!

Kamu udah baca berbagai asumsi sama prinsip dasar yang jadi fondasi akuntansi. Mungkin kesannya agak teoritis, ya? Nah, gimana kalau sekarang kita coba langsung terapin pemahaman kamu itu ke situasi-situasi bisnis yang nyata? Saya udah siapin beberapa skenario singkat buat kamu.

Anggep aja kamu lagi dapet tantangan jadi seorang akuntan. Di tiap kasus, kamu perlu nentuin asumsi atau prinsip akuntansi mana yang paling ngaruh, atau gimana seharusnya sebuah transaksi diliat dari sudut pandang akuntansi. Ini cara yang asik buat mastiin konsep-konsep yang tadi udah kamu pelajari bener-bener nyantol di kepala kamu.

Siap nguji insting akuntansi kamu?

Petualangan Memahami Akuntansi

4. Penutup

Baik asumsi dasar ataupun prinsip akuntansi itu punya peran penting banget buat ngertiin dunia akuntansi. Tapi, jujur aja nih, saya baru bener-bener ngerti soal ini setelah belajar akuntansi di tingkat yang lebih dalem.

Pas pertama kali belajar akuntansi, asumsi sama prinsip dasar akuntansi itu masih abstrak banget buat saya. Pemahaman saya cuma sebatas asumsi unit moneter, sedangkan sisanya masih bikin bingung banget. Tapi, seiring waktu dan saya belajar akuntansi di tingkat yang lebih lanjut, semua asumsi sama prinsip dasar itu jadi lebih gampang dimengerti dan kerasa masuk akal.

Segitu dulu ya tulisan saya soal asumsi dasar sama prinsip buat ngukur transaksi keuangan.

Stay safe and stay healthy. Take care!

Ardya
Ardya Accountant. Financial Consultant. Blogger
Ad
📚 This Week's Must-Reads! Cekidot, Guys! 📚

Advertisement

Advertisement

Promosi

🧠 Buka Rahasia Uang di The Psychology of Money!

Kaya bukan soal pintar, tapi soal perilaku. Buku fenomenal ini bongkar cara berpikir orang sukses soal uang—dan bisa jadi game-changer hidupmu.
Eksklusif dari Gramedia Official Store!