Akuntansi Dividen & Stock Split Mudah! (Plus Asisten Jurnal)

Dividen itu pembagian untung bersih ke pemegang saham, secara adil ya, sesuai berapa banyak saham yang mereka punya.
Kalau ada orang punya 50 persen saham yang lagi beredar, ya dia bakal dapet dividen 50 persen juga.
Dividen itu bisa bentuknya duit tunai, saham, atau properti. Tapi, kadang-kadang, dividen bisa juga bentuknya skrip sama likuidasi.
Di tulisan ini, saya mau bahas soal akuntansi buat dividen, entah itu yang bentuknya tunai, saham, atau properti. Terus, saya juga bakal bahas soal pemecahan saham (stock split), yang karakternya sih beda, tapi ada mirip-miripnya dikit sama dividen saham.
Buat definisi sama penjelasan lengkap soal dividen atau pemecahan saham, kamu bisa baca di tulisan saya yang judulnya "Dividen Saham, Pemecahan Saham, dan Pembelian Kembali Saham".
Simulasikan Sendiri: Begini Lho Jurnal Dividen & Stock Split!
Mencatat transaksi dividen dan memahami dampak pemecahan saham terkadang bisa terasa sedikit rumit dengan berbagai tanggal dan aturan yang perlu diingat, ya kan? Apalagi kalau jenis dividennya beda-beda, jurnalnya pun bisa bervariasi.
Nah, biar kamu nggak cuma membayangkan, saya sudah siapkan nih sebuah "Asisten Jurnal Interaktif" yang seru. Kamu bisa langsung memasukkan skenario pembagian dividen atau rencana pemecahan saham versi kamu sendiri, lalu lihat deh gimana jurnal akuntansinya terbentuk langkah demi langkah. Jadi, kamu bisa lebih 'ngeh' dengan prosesnya dan kenapa jurnalnya seperti itu. Yuk, langsung aja kita coba simulasikan pencatatannya!
Simulasi Jurnal Dividen Kas
Simulasi Jurnal Dividen Saham (<25% dari Saham Beredar)
Simulasi Jurnal Dividen Saham (≥25% dari Saham Beredar)
Simulasi Jurnal Dividen Properti
Simulasi Pemecahan Saham (Stock Split)
Akuntansi Distribusi Dividen Kas
Dividen kas itu pembagian duit tunai secara adil ke pemegang sahamnya.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) itu punya kuasa penuh buat nentuin berapa banyak untung bersih yang mau dibagiin jadi dividen sama berapa yang mau disimpen jadi laba ditahan.
Dividen itu bukan kewajiban perusahaan, sampai jumlah dividennya diumumin.
Entri Jurnal untuk Dividen Kas
Ada tiga tanggal penting nih soal dividen: tanggal pengumuman, tanggal pencatatan, sama tanggal pembayaran.
Biar lebih jelas soal tanggal-tanggal itu, silakan baca tulisan saya yang judulnya "Kebijakan Dividen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya"
Anggap aja tanggal 1 April 2020, PT XYZ ngumumin dividen Rp100 per lembar saham buat 100 ribu lembar saham biasa yang nilai nominalnya Rp10.000 per lembar.
Total dividen yang dibagiin itu 10 juta rupiah (Rp100 x 100 ribu lembar).
Catetan jurnal buat pengumuman dividen itu gini:
Tanggal | Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|---|
1-Apr-20 | Laba Ditahan | 10 juta | |
Utang Dividen Kas | 10 juta |
Dipakai nama utang dividen kas itu biar beda sama jenis dividen lain, kayak dividen saham atau dividen properti.
Utang dividen itu kewajiban lancar yang bakal dibayar beberapa bulan lagi.
Pas tanggal pencatatan, perusahaan nentuin siapa aja pemegang saham yang berhak dapet dividen.
Tanggal pencatatan buat kasus PT XYZ di contoh ini itu tanggal 23 April 2020, dan nggak ada jurnal yang perlu dibikin di tanggal itu, soalnya kewajibannya udah diakuin pas tanggal pengumuman.
23-Apr-20 No entry
Pas tanggal pembayaran, perusahaan bayarin dividen ke para pemegang saham-nya yang udah dicatet namanya pas tanggal pencatatan.
Tanggal pembayaran dividen PT XYZ itu tanggal 20 Mei 2020.
Catetan jurnal buat pembayaran dividen itu:
Tanggal | Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|---|
20-May-20 | Utang Dividen Kas | 10 juta | |
Kas | 10 juta |
Akuntansi Distribusi Dividen Saham
Dividen saham itu dividen yang dibagiin perusahaan ke pemegang sahamnya bentuknya saham perusahaan itu sendiri.
Kalau dividen ini kurang dari 25 persen saham biasa perusahaan yang lagi beredar pas tanggal pengumuman, laba ditahannya didebit sebesar nilai pasar dari dividen saham itu.
Tapi, kalau dividennya lebih dari 25 persen saham biasa perusahaan yang lagi beredar pas tanggal pengumuman, laba ditahannya didebit sebesar nilai nominal atau nilai parinya.
Entri Jurnal untuk Dividen Saham Kurang dari 25% Saham Beredar
Anggap aja sebuah perusahaan punya 100 ribu lembar saham biasa yang beredar dengan nilai nominal Rp10.000 per lembar. Harga pasar saham perusahaan itu sekarang Rp15.000 per lembarnya.
Terus, perusahaan ngumumin bagi-bagi dividen saham sebesar 10 persen.
Artinya, total dividen saham yang dibagiin ke pemegang saham itu sebanyak 10 ribu lembar (10% x 100 ribu lembar).
Karena dividen saham yang dibagiin kurang dari 25 persen, maka laba ditahan yang didebit itu sebesar nilai pasar saham dari dividen sahamnya.
Catetan pas tanggal pengumuman itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Laba Ditahan | 150 juta | |
Dividen Saham yang Didistribusikan | 100 juta (Nilai nominal) | |
Agio Saham atas Nilai Nominal | 50 juta |
Catetan pas tanggal pembayaran itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Dividen Saham yang Didistribusikan | 100 juta | |
Saham Biasa | 100 juta |
Dividen saham yang bisa didistribusiin itu bukan kewajiban.
Akun itu akun modal sementara yang bakal diganti sama akun saham biasa pas tanggal pembayaran.
Entri Jurnal untuk Dividen Saham Lebih dari 25% Saham Beredar
Pakai contoh yang tadi, tapi kali ini dividen yang diumumin itu sebesar 30 persen.
Maka, 30 ribu lembar saham yang diterbitin (30% x 100 ribu lembar) dinilai pakai nilai nominalnya.
Catetan jurnal pas tanggal pengumuman itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Laba Ditahan | 300 juta | |
Dividen Saham yang Didistribusikan | 300 juta |
Catetan jurnal pas tanggal pembayaran (pas sahamnya diterbitin) itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Dividen Saham yang Didistribusikan | 300 juta | |
Saham Biasa | 300 juta |
Akuntansi Distribusi Dividen Properti
Kadang-kadang, perusahaan ngasih dividen bentuknya aset selain duit ke pemegang sahamnya, soalnya duit kas yang ada dipakai buat investasi atau buat operasional perusahaan sehari-hari.
Aset yang dibagiin ini bisa aja investasi surat berharga perusahaan, barang dagangan, atau aset-aset perusahaan lainnya.
Catetan jurnal yang dibikin itu, pertama-tama, tujuannya buat nyocokin nilai buku aset sama nilai pasarnya.
Habis itu, barulah dibikin catetan buat tanggal pengumuman sama tanggal pembayaran, sama kayak dividen bentuknya kas.
Entri Jurnal untuk Dividen Properti
Anggap aja tanggal 1 April 2020 PT ABC ngumumin dividen properti yang bakal dibayar dari investasi surat berharga ekuitas-nya di saham Bank Mandiri sebanyak 10 ribu lembar.
Nilai buku saham itu Rp50 juta dan nilai pasarnya per tanggal 1 April 2020 itu Rp60 juta.
Catetan jurnal pas tanggal pengumuman itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Investasi - Surat Berharga | 10 juta | |
Keuntungan dari Kenaikan Surat Berharga | 10 juta | |
Laba Ditahan | 60 juta | |
Utang Dividen Properti | 60 juta |
Catetan jurnal pas tanggal pembayaran itu gini:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Utang Dividen Properti | 60 juta | |
Investasi - Surat Berharga | 60 juta |
Akuntansi Pemecahan Saham
Harga per lembar saham perusahaan itu bisa jadi mahal banget, jadi susah buat pembeli eceran buat belinya.
Salah satu cara yang dilakuin perusahaan biar saham yang harganya udah kemahalan jadi lebih gampang dijual-beli itu ya dengan mecah saham (stock split).
Tahap buat mecah saham itu, yang pertama, nambahin jumlah lembar saham yang beredar.
Tahap berikutnya, ngurangin nilai nominal dari tiap lembar saham secara adil.
Entri Jurnal untuk Pemecahan Saham
Anggap aja sebuah perusahaan punya 100 ribu lembar saham biasa yang beredar, dengan nilai nominal per lembarnya Rp14.000.
Terus, perusahaan itu mutusin buat mecah saham 2 banding 1 dengan nerbitin dan ngebagiin 100 ribu lembar saham ke pemegang sahamnya.
Nilai nominal per lembar saham itu jadi berkurang dari Rp14.000 jadi Rp7.000.
Jadi, efek dari mecah saham itu:
- Jumlah lembar saham biasa yang beredar jadi 200 ribu lembar.
- Nilai nominal atau nilai dari tiap lembar saham jadi Rp7.000.
- Pemegang saham yang tadinya megang 100 lembar dengan nilai nominal Rp14.000, setelah dipecah, jadi megang 200 lembar dengan nilai nominal Rp7.000.
Coba perhatiin deh!
Total nilai nominal dari saham yang beredar itu nggak berubah sama sekali. Dari 1,4 miliar (100 ribu lembar x Rp14.000) jadi tetep 1,4 miliar (200 ribu lembar x Rp7.000).
Karena itu, nggak ada jurnal yang perlu dibikin buat mecah saham. Tapi, perusahaan tetep perlu ngasih tahu kalau ada tambahan jumlah saham yang beredar.
Penutup
Bagi-bagi dividen itu salah satu cara perusahaan buat bikin pemegang sahamnya makin sejahtera.
Selain dapet untung langsung dari pembagiannya, entah itu bentuknya kas, saham, atau properti, pemegang saham juga diuntungin karena harga pasar saham bisa naik gara-gara ada bagi-bagi dividen.
Jadi, nilai nominal dari dividen yang dibagiin itu salah satu yang nentuin harga pasar saham. Ini udah saya jelasin sebelumnya di tulisan soal diskonto dividen.
Bentuk bagi-bagi dividen itu sendiri sebenernya macem-macem. Ada dividen yang dibagiin berdasarkan pengurangan modal perusahaan (liquidating dividend) dan ada juga dividen yang dibayar bentuknya surat janji buat bayar dividen nanti (script dividend).
Di sisi lain, meskipun mecah saham (stock split) nggak ngasih untung langsung ke pemegang saham, tapi bisa nguntungin karena sahamnya jadi lebih gampang dijual-beli.
Segitu dulu ya tulisan saya soal akuntansi buat bagi-bagi dividen sama mecah saham.
Stay safe and stay healthy. Take care!