Kebijakan Dividen: Pahami Aturan & Tanggalnya + Simulator!
Dividen itu laba bersih perusahaan yang dibagiin langsung ke pemegang sahamnya. Dividen itu dibagiin sama perusahaan, biasanya setahun sekali, bisa bentuknya duit tunai atau saham.
Dividen itu, lewat jurnal penutup, dibagiin dari laba ditahan, bukan dari modal yang disetor pemegang saham atau dari kelebihan bayar pas jual saham.
Biasanya sih, makin stabil pendapatan perusahaan, makin teratur juga dia bagi dividennya.
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen itu penting banget buat perusahaan, soalnya ini nyambung sama pandangan investor. Biasanya, investor nganggep kalau dividen dipotong itu artinya perusahaan lagi susah duit.
Makanya, pas nentuin kebijakan dividen, manajemen perusahaan harus bener-bener ngerti sifat sama tujuan para pemegang sahamnya. Kalau ini diabaikan, pemegang saham bisa aja ngejual sahamnya, nah akibatnya harga pasar saham bisa turun.
Tapi, perlu kamu tahu ya, dividen itu diambil dari laba ditahan, jadi kebijakan bayar dividen yang tinggi bakal ngurangin nilai ekuitas pemegang saham di neraca dan juga aset bentuknya kas (kalau distribusi dividennya berupa kas).
Gara-gara itu, kebijakan dividen punya dampak, minimal ke tiga hal ini nih:
- Penganggaran dan pembiayaan. Bayar dividen bikin perusahaan jadi perlu cari cara lain buat dapet dana kalau butuh modal gede buat investasi.
- Posisi kas. Dividen juga ngaruh ke arus kas perusahaan, jadi perusahaan yang likuiditasnya kurang bagus perlu nahan bagi dividennya dan fokus buat maksimalin laba ditahan buat investasi perusahaan.
- Struktur modal. Karena bayar dividen diambil dari laba ditahan di neraca, hal itu bakal nurunin nilai ekuitas perusahaan, jadi ningkatin rasio utang terhadap modal perusahaan.
Ngeliat dampak dividen ke kas sama ekuitas perusahaan, ya harusnya perusahaan yang lagi tahap growth dan expansion, yang butuh banyak duit buat investasi, jangan boros-boros bagi dividen ke pemegang saham.
Tanggal-tanggal Penting Dividen
- Tanggal pengumuman (declaration date). Ini tanggal pas jajaran direksi ngumumin dividen. Di tanggal ini, bayar dividen udah jadi kewajiban perusahaan dan ada konsekuensi hukumnya.
- Tanggal pencatatan (record date). Ini tanggal pas pemegang saham berhak nerima dividen.
- Tanggal ex dividen (ex-dividend date). Ini tanggal pas hak atas dividen ninggalin saham. Artinya, pembeli yang beli saham pas tanggal ex dividen, nggak berhak nerima dividen, soalnya hak itu punya penjual sahamnya. Tanggal ex dividen sendiri itu dua hari sebelum tanggal pencatatan. Harga saham pas tanggal ex dividen biasanya bakal turun karena investor yang namanya udah kecatet sebagai penerima dividen, umumnya bakal jual saham itu.
- Tanggal pembayaran (payment date). Ini tanggal pas perusahaan bagiin dividen ke para pemegang sahamnya.
Contoh 1:
PT XYZ ngumumin kalau tanggal pencatatan dividennya itu 31 April 2020. Najwa jual 100 lembar saham PT XYZ ke Terawan pas tanggal 28 April 2020. Gara-gara itu, yang bakal nerima dividen itu Najwa, bukan Terawan.
Contoh 2:
Anggap aja tanggal pencatatan dividen itu tanggal 21 Mei 2020, maka tanggal ex dividen-nya tanggal 19 Mei 2020.

Kalau kamu beli saham pas tanggal 19 Mei 2020, kamu nggak bakal dapet dividen soalnya namamu nggak bakal muncul di catatan perusahaan sebelum hari Jumat tanggal 22 Mei 2020.
Kalau kamu pengen beli saham dan nerima dividen, maka, kamu harus belinya pas tanggal 18 Mei 2020. Sedangkan kalau kamu pengen jual saham tapi tetep dapet dividen, maka, kamu harus jualnya pas tanggal 19 Mei 2020.
Jangan Bingung Tanggal Dividen! Coba Simulator Ini Yuk!
Pusing ngapalin aturan tanggal-tanggal penting dividen tadi, terutama soal Tanggal Ex-Dividen yang suka bikin salah paham? Kapan sih sebenernya kita harus beli atau jual saham biar tetep dapet jatah dividen, atau sebaliknya, kalau emang nggak pengen dapet (misalnya buat strategi trading tertentu)?
Nah, biar nggak cuma ngawang-ngawang dan salah itung, saya udah bikinin simulator mini nih buat kamu. Coba deh masukin Tanggal Pencatatan (Record Date) dividen dari pengumuman perusahaan (atau tanggal rekaan buat latihan), nanti aplikasi ini bakal bantu kamu ngitung perkiraan Tanggal Ex-Dividen-nya dan ngasih skenario interaktif biar kamu makin paham. Langsung aja dicoba!
🗓️ Simulator Tanggal Kunci Dividen
Masukin Tanggal Pencatatan (Record Date) yang diumumin perusahaan:
Tipe-Tipe Kebijakan Dividen
Tujuan perusahaan nentuin kebijakan dividen itu buat bikin pemegang sahamnya makin makmur, plus nyediain dana yang cukup buat aktivitas investasi perusahaan.
Pas pendapatan perusahaan naik, bukan berarti manajemen harus naikin juga bagi dividennya. Wajarnya sih, perusahaan naikin dividen pas manajemen yakin bakal bisa pertahanin tingkat pertumbuhan labanya.
Beberapa tipe kebijakan dividen itu ada kebijakan dividen per lembar saham yang stabil, kebijakan rasio pembayaran dividen yang konstan, kebijakan kompromi, sama kebijakan dividen sisa.
Kebijakan Dividen per Lembar Saham yang Stabil
Perusahaan yang pakai kebijakan dividen per lembar saham yang stabil, bisa ngasih sinyal bagus ke investor, yaitu pandangan kalau risiko investasi di perusahaan itu rendah.
Stabilitas dividen artinya perusahaan harus bayar dividen secara stabil atau terus-terusan, bahkan di tahun-tahun pas perusahaan rugi. Ini tujuannya buat jaga citra perusahaan di mata investor.
Kebijakan dividen yang stabil juga biasanya dijadiin syarat biar perusahaan bisa masuk ke daftar tempat lembaga keuangan (kayak dana pensiun dan asuransi) nanem duit.
Kebijakan Rasio Pembayaran Dividen yang Konstan
Di kebijakan ini, yang tetep itu bukan jumlah rupiah dividennya, tapi yang konstan itu rasio atau persentase bagi laba bersih buat dividen ke pemegang sahamnya. Rasio ini dikenal juga dengan dividend payout ratio.
Karena laba bersih perusahaan itu beda-beda, ya otomatis dividen yang dibagiin juga beda-beda.
Artinya, pas laba bersih perusahaan turun, jumlah rupiah dividen yang dibayar juga ikut turun. Pas perusahaan rugi, ya nggak ada dividen yang dibayar.
Secara teori sih, kebijakan kayak gini cenderung kurang maksimalin harga pasar saham, soalnya sebagian besar pemegang saham nggak pengen ada yang beda-beda di penerimaan dividennya.
Kebijakan Dividen Kompromi
Kebijakan ini gabungan antara kebijakan dividen per lembar saham yang stabil sama kebijakan rasio pembayaran dividen yang konstan.
Gara-gara ini, perusahaan netapin jumlah pembayaran rupiah dividen yang rendah, tapi, di tahun-tahun pas perusahaan pendapatannya naik signifikan, dividen yang dibagiin bakal ditambah sebesar persentase yang udah ditentuin.
Lagi-lagi, secara teori, investor cenderung nggak suka sama ketidakstabilan dividen dari kebijakan kayak gini soalnya sifatnya nggak pasti.
Tapi, kebijakan ini mungkin bakal pas buat diterapin di perusahaan yang emang nilai pendapatannya beda-beda banget selama bertahun-tahun.
Kebijakan Dividen Sisa
Pas peluang investasi perusahaan nggak stabil, manajemen pasti bakal mikirin kebijakan yang naik turun.
Dengan kebijakan dividen sisa, besarnya laba ditahan itu tergantung sama peluang investasi yang ada. Lebih jauh lagi, ini bikin pembayaran dividen cuma sisa dari laba bersih setelah pembiayaan perusahaan buat investasinya udah terpenuhi.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen
Perusahaan itu nggak bisa seenaknya nentuin kebijakan bayar dividennya. Ada banyak faktor yang perlu diperhatiin dan dijadiin pertimbangan.
Beberapa faktor itu antara lain tingkat pertumbuhan perusahaan, kontrak sama pihak pembeli obligasi perusahaan, stabilitas laba, dan beberapa faktor yang bakal saya jelasin ini.
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang lagi fase pertumbuhan, walaupun untungnya gede, perlu nahan bagi dividennya biar duit buat investasi perusahaan tetep ada.
Investasi kayak ngembangin produk baru, perluasan bisnis, perluasan infrastruktur, atau akuisisi perusahaan itu beberapa contoh yang bisa dilakuin perusahaan yang lagi berkembang. Semua ini butuh dana yang gede, dan makanya, perusahaan harus prioritasin penggunaan labanya.
Dengan nahan bagi dividen, perusahaan bisa mastiin kalau keuntungan yang dihasilin dipakai secara efektif buat ngencengin fondasi bisnis dan ngelebarin peluang tumbuh di masa depan. Ini ngasih keuntungan jangka panjang buat perusahaan sama pemegang saham.
Kontrak obligasi
Pas perusahaan nerbitin obligasi, ada kontrak yang namanya kontrak obligasi. Kontrak ini punya syarat-syarat yang ngatur macem-macem aspek, termasuk pembayaran dividen perusahaan.
Tujuan kontrak obligasi itu buat ngelindungin kepentingan investor obligasi, yang merupakan pihak yang ngasih pinjaman ke perusahaan. Dengan ngebatesin pembayaran dividen, kontrak obligasi mastiin kalau perusahaan punya dana yang cukup buat bayar balik kupon atau pokok ke para pemegang obligasi.
Stabilitas Laba
Tiap perusahaan itu tingkat pertumbuhan labanya beda-beda. Beberapa perusahaan punya pertumbuhan laba yang stabil secara persentase, sementara yang lain mungkin naik turun atau nggak stabil. Perbedaan ini bisa ngaruh ke keputusan perusahaan pas bagiin laba bersihnya.
Perusahaan dengan pertumbuhan laba yang stabil cenderung lebih mau bagiin laba bersih yang lebih gede.
Ada beberapa alesan kenapa begitu. Pertama, perusahaan dengan pertumbuhan laba yang stabil cenderung lebih dipercaya sama investor. Investor bakal ngerasa lebih yakin kalau perusahaan bisa ngasilin untung secara konsisten ke depannya. Makanya, perusahaan mungkin milih buat ngasih imbalan ke pemegang saham dalam bentuk bagi dividen yang lebih gede.
Kedua, perusahaan dengan pertumbuhan laba yang stabil punya keleluasaan keuangan yang lebih gede. Perusahaan bisa ngasilin untung yang cukup buat menuhin kebutuhan operasional sama investasi jangka panjang, sambil tetep punya sisa untung yang cukup buat dibagiin. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan laba yang nggak stabil mungkin perlu ngalokasiin sebagian besar untungnya buat ngatasin naik turunnya pasar sama kebutuhan mendesak lainnya.
Kendali Perusahaan
Beberapa manajemen kadang males punya pendanaan dari luar yang gede, soalnya nggak mau kontrolnya ke perusahaan jadi berkurang.
Pendanaan eksternal itu maksudnya sumber dana yang didapet perusahaan dari pihak luar, kayak pinjaman bank, nerbitin obligasi atau saham. Walaupun pendanaan eksternal bisa ngasih dana tambahan yang dibutuhin buat tumbuh dan ngembangin bisnis, beberapa manajemen lebih milih buat ngandelin pendanaan internal.
Pendanaan internal itu termasuk pakai laba yang dihasilin perusahaan buat ngebiayain kegiatan operasional sama investasi. Manajemen yang milih pendanaan internal cenderung pertahanin porsi laba ditahan yang gede, yang artinya sebagian besar laba perusahaan nggak dibagiin sebagai dividen ke pemegang saham.
Buat ngitung kebutuhan perusahaan soal pendanaan eksternal, kamu bisa pakai metode persentase penjualan.
Ada beberapa alesan kenapa tipe manajemen ini milih pendanaan internal. Pertama, dengan pertahanin kontrol yang lebih gede atas perusahaan, manajemen bisa ngambil keputusan yang lebih bebas dan fokus ke visi jangka panjang. Manajemen jadi nggak perlu bergantung sama keputusan atau syarat dari pihak luar, kayak bank atau pemegang obligasi, yang bisa ngaruh ke strategi bisnis.
Kedua, dengan pertahanin porsi laba ditahan yang gede, perusahaan punya sumber dana yang lebih stabil buat ngebiayain kegiatan operasional sama investasi. Ini bisa ngasih fleksibilitas yang lebih gede pas ngadepin pasar yang naik turun atau perubahan kondisi bisnis tanpa terlalu ngandelin pendanaan eksternal yang punya syarat atau bunga yang tinggi.
Tingkat Utang Perusahaan
Perusahaan yang rasio utang ke ekuitasnya tinggi, bakal mikir buat gedein porsi laba ditahan buat nyiapin duit bayar cicilan bunga berkala sama pokok pinjaman pas jatuh tempo.
Bayar cicilan bunga sama pokok pinjaman itu kewajiban yang harus dipenuhin perusahaan ke yang ngasih pinjaman. Dengan nyiapin dana yang cukup dari laba ditahan, perusahaan bisa jaga kelancaran bayar utangnya tanpa ngalamin kesulitan keuangan yang bisa ngerugiin perusahaan.
Selain itu, ningkatin porsi laba ditahan juga bisa bantu perusahaan ngelola risiko keuangan. Dengan punya dana yang cukup buat bayar utang, perusahaan bisa ngurangin risiko gagal bayar atau pengurangan skor kredit yang bisa ngaruh ke reputasi perusahaan sama akses ke pendanaan lagi di masa depan.
Ngomongin soal pokok sama bunga, kamu bisa ngitung proporsi pokok sama bunga dari pinjaman yang kamu ajuin pakai Excel kayak yang udah saya bahas di tulisan yang judulnya "Menghitung Pembayaran Pinjaman serta Proporsi Pokok dan Bunganya".
Kemampuan untuk Mendapatkan Pendanaan Eksternal
Perusahaan yang gampang akses pasar modal buat dapet sumber pembiayaan dari luar, baik dengan nerbitin surat utang atau saham, biasanya rasio bayar dividennya tinggi.
Itu gara-gara ada dana dari sumber pembiayaan luar yang didapet lewat nerbitin surat utang atau saham. Dengan punya lebih banyak pilihan pembiayaan, perusahaan bisa menuhin kebutuhan investasi dan tetep bagi dividen ke pemegang saham.
Sebaliknya, perusahaan yang susah akses pasar modal buat cari pendanaan, bakal nahan laba buat keperluan investasinya, jadi ngecilin rasio bayar dividennya.
Dalam situasi nggak punya akses ke pasar modal, perusahaan jadi lebih bergantung sama laba yang dihasilin secara internal buat ngebiayain kegiatan operasional sama investasi. Ini bikin perusahaan perlu nahan sebagian besar labanya buat mastiin ada dana buat menuhin kebutuhan investasi sama pertumbuhan perusahaan. Akibatnya, rasio bayar dividen perusahaan itu jadi lebih kecil.
Citra di Mata Investor
Bayar dividen itu bisa naikin citra perusahaan di mata investor, soalnya ngurangin ketidakpastian soal risiko sama imbal hasil, plus gampangin investor buat ngitung valuasi atas nilai wajar sahamnya.
Selain itu, dengan dividen, perusahaan juga ngirim sinyal ke investor kalau kesehatan keuangan perusahaan lagi bagus. Pas perusahaan mampu bayar dividen secara konsisten, ini nunjukkin kalau perusahaan punya laba yang cukup, arus kas yang baik, sama daya tahan keuangan yang kuat.
Penutup
Pengaruh kebijakan dividen ke nilai perusahaan itu topik yang seru di ilmu keuangan. Tapi, ada beda pendapat di antara para ahli soal ini.
Misalnya, si Gordon bilang kalau perusahaan yang nahan laba dan rasio bayar dividennya rendah buat naikin capital gain ke depannya itu cenderung kurang disukain investor. Alesannya, dividen diterima sekarang, sedangkan capital gain diterima di masa depan dan masih belum pasti.
Nah, beda lagi sama Miller dan Modigliani, mereka bilang kebijakan dividen itu nggak ada ngaruhnya ke nilai saham, soalnya yang jadi concern investor itu cuma kemampuan perusahaan ngasilin untung, bukan kebijakan perusahaan soal bagi untungnya itu.
Stay safe and stay healthy. Take care!