Jadi Auditor Sehari: Pahami Tugas & Beri Opini (Ada Gamenya!)

Table of Contents
Beberapa Tugas Auditor Laporan Keuangan

Beberapa tugas auditor pas nge-audit laporan keuangan itu ya nilai relevan sama nggaknya bukti, nguji omongan manajemen, sama ngasih opini.

Tujuan audit laporan keuangan itu buat ngasih opini, apakah laporan keuangan itu ada salahnya atau nggak.

Auditor itu pakai penilaian profesionalnya pas ngasih pendapat, caranya ya ngevaluasi info sama pernyataan yang dikasih sama klien.

Walaupun tiap perusahaan itu beda-beda, tapi ada beberapa cara umum yang bisa dipakai pas nge-audit.

Audit Keuangan: Relevansi dan Reliabilitas Bukti

Auditor ngasih opini itu berdasarkan bukti yang cukup dan bener.

Maksudnya, bukti yang didapet, mau itu tulisan atau omongan, bisa jadi dasar buat ngasih opini ke laporan keuangan yang lagi di-audit.

Sebuah bukti bisa dibilang bagus, kalau bukti itu relevan dan bisa dipercaya.

Peran Auditor: Relevansi Bukti dalam Audit Laporan Keuangan

Relevansi itu konsep yang nunjukkin hubungan langsung antara info dari bukti sama fakta yang lagi dibuktiin.

Contohnya nih, pas auditor mau nunjukkin kalau ada transaksi penjualan, mereka perlu konfirmasi jumlah tagihan yang harus dibayar sama pelanggan yang bersangkutan.

Lewat konfirmasi ini, auditor dapet bukti yang relevan dan bisa ngecek kebenaran dari laporan penjualan yang lagi di-audit. Dengan meriksa tagihan yang sebenernya harus dibayar pelanggan, auditor bisa mastiin kalau transaksi itu beneran kejadian dan bisa dipercaya.

Keandalan Bukti dalam Audit Laporan Keuangan

Reliabilitas itu artinya kamu bisa percaya sama sebuah bukti buat ngasih petunjuk yang bener.

Contohnya, bukti yang dikasih pihak luar perusahaan itu cenderung lebih bisa diandelin daripada bukti yang dibikin sama orang dalem perusahaan.

Lebih jauh lagi, bukti dari pihak luar itu bakal lebih bisa dipercaya kalau diterimanya langsung, bukan lewat perantara orang dalem perusahaan.

Dalam hal ini, keandalan bukti itu nyambung sama kepercayaan kita kalau bukti itu bener dan bisa dipercaya buat nunjukkin keadaan yang sebenernya. Jadi, pas nge-audit, auditor bakal lebih mentingin pakai bukti dari luar yang lebih bisa diandelin buat mastiin hasil auditnya akurat dan tepercaya.

Tugas Auditor dalam Memeriksa Asersi Manajemen pada Laporan Keuangan

Perlu kamu tahu ya, tugas auditor itu bukan nyusun laporan keuangan buat kliennya.

Tugas utama auditor itu ngecek apakah laporan keuangan klien udah disajiin sesuai sama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Tugas Auditor dalam Menguji Asersi Manajemen

Kalau auditor ikutan bantu nyusun laporan keuangan, itu bakal ngelanggar prinsip independen yang harus dipegang sama auditor.

Makanya, laporan keuangan yang lagi di-audit itu tanggung jawabnya manajemen perusahaan.

Di laporan keuangan itu, ada yang namanya asersi manajemen, itu kayak jaminan dari manajemen kalau laporan keuangannya disajiin sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Beberapa contoh asersi manajemen itu termasuk kejadian transaksi, lengkapnya info, penyajian dan pengungkapan yang jelas, cutoff transaksi, sama wajarnya hak dan kewajiban yang dilaporin.

Asersi Manajemen Deskripsi Auditor
Kejadian dalam Laporan Keuangan Peristiwa dan transaksi dilaporkan benar-benar terjadi. Memastikan kejadian sesuai.
Kelengkapan Laporan Keuangan Semua transaksi dan informasi penting dicatat dengan lengkap. Memastikan pencatatan lengkap.
Penyajian & Pengungkapan Laporan disusun dan diungkapkan dengan jelas. Memeriksa penyajian dan pengungkapan.
Konsistensi Cutoff Pendapatan, beban, dan transaksi dicatat pada periode yang tepat. Memastikan pencatatan waktu yang tepat.
Kepemilikan Aset Perusahaan memiliki hak atas aset yang tercatat. Memeriksa kepemilikan aset.

Auditor: Memastikan Kejadian dalam Laporan Keuangan (Existence)

Asersi kejadian (existence) itu mastiin kalau setiap peristiwa dan transaksi yang dilaporin di laporan laba rugi beneran kejadian.

Selain itu, asersi kejadian juga bilang kalau aset, kewajiban, sama ekuitas yang dilaporin di neraca itu beneran ada.

Contohnya, kalau perusahaan nyatet penjualan 100 juta, tugas auditor itu mastiin kalau penjualan 100 juta itu emang kejadian dan dilakuin ke pelanggan yang beneran ada, bukan fiktif.

Pas meriksa asersi kejadian, auditor bakal ngelakuin macem-macem langkah kayak meriksa bukti transaksi, konfirmasi ke pihak terkait, atau lihat dokumen pendukung lainnya. Tujuannya buat ngecek kalau tiap transaksi dan kejadian yang dilaporin di laporan keuangan itu beneran kejadian dan bisa dipercaya.

Auditor: Memastikan Kelengkapan Laporan Keuangan Klien (Completeness)

Di laporan keuangan, manajemen bilang kalau semua transaksi yang seharusnya dicatet udah dicatet semua.

Selain itu, manajemen juga bilang kalau semua info yang perlu diungkapin, misalnya di catatan atas laporan keuangan (CALK), udah disajiin semua.

Tugas auditor itu mastiin kalau manajemen udah nyatet semua transaksi yang sebenernya kejadian dan juga udah ngungkapin semua kejadian penting yang nggak bisa diabaikan di laporan keuangan, misalnya kewajiban kontijensi.

Contohnya, auditor perlu meriksa dengan teliti kalau beban pokok penjualan (HPP) sebesar 50 juta udah dilaporin dengan bener di laporan laba rugi, tanpa ada usaha dari manajemen buat ngurangin jumlah itu sengaja biar laba perusahaan kelihatan naik.

Auditor bakal ngelakuin macem-macem tes dan pemeriksaan ke dokumen sama info yang relevan buat mastiin lengkapnya catetan dan pengungkapan di laporan keuangan. Ini penting biar laporan keuangan bisa ngasih gambaran yang lengkap dan akurat soal keuangan perusahaan.

Auditor: Memeriksa Penyajian & Pengungkapan dalam Laporan Keuangan (Presentation & Disclosure)

Di aspek Penyajian & Pengungkapan (Presentation & Disclosure), ada dua hal penting yang dibilang manajemen di laporan keuangan.

Pertama, manajemen bilang kalau laporan keuangan udah disusun sesuai sama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku, dan semua info yang relevan udah diungkapin dengan pas.

Kedua, manajemen mastiin kalau semua transaksi udah dikelompokin dengan bener ke akun yang sesuai.

Dalam tugasnya, auditor tanggung jawab buat mastiin kalau manajemen udah nyajiin laporan keuangan secara akurat dan pas sesuai PSAK. Auditor juga meriksa apakah semua info penting dan relevan udah diungkapin dengan jelas di laporan keuangan.

Contohnya, soal pengelompokan, auditor bakal meriksa apakah manajemen udah ngegrup-in pembelian aset tetap dengan bener, yaitu masukin aset itu ke kategori yang pas, kayak tanah, bangunan, atau peralatan. Auditor juga bakal meriksa apakah manajemen udah ngikutin prinsip pengakuan pendapatan yang bener, misalnya dengan ngebagi biaya aset tetap itu secara wajar dan pas ke beberapa periode laporan, bukan cuma digabungin di satu periode laporan aja.

Lewat pemeriksaan ini, auditor mastiin kalau laporan keuangan disajiin dengan jelas, konsisten, dan nunjukkin posisi keuangan perusahaan secara akurat.

Auditor: Memeriksa Konsistensi Cutoff dalam Laporan Keuangan

Cutoff itu maksudnya waktu yang pas buat nyatet pendapatan, beban, sama transaksi lain di laporan keuangan.

Artinya, tiap transaksi harus dicatet di periode yang sesuai, nggak ditunda ke periode berikutnya atau dimasukin lebih awal dari masa depan ke periode sekarang.

Pelanggaran cutoff bisa kejadian, contohnya, pas perusahaan nyatet penjualan di bulan Desember buat barang yang baru bakal dikirim bulan Januari tahun depannya. Praktik kayak gini sering dilakuin manajemen dengan manfaatin fleksibilitas di akuntansi akrual.

Dalam konteks akuntansi di Indonesia, cutoff seringnya nunjuk ke tanggal akhir laporan keuangan atau akhir tahun, yaitu tanggal 31 Desember. Di tanggal itu, semua transaksi yang kejadian harus dicatet dengan bener dan sesuai periode yang berlaku, biar laporan keuangan nunjukkin kondisi perusahaan secara akurat di akhir periode itu.

Auditor: Memeriksa Kepemilikan Aset dalam Laporan Keuangan (Rights & Obligations)

Di laporan keuangan, manajemen perusahaan bilang kalau perusahaan punya hak milik atas semua aset yang kecatet di neraca perusahaan, dan kalau kewajiban yang ada itu ya kewajiban perusahaan itu sendiri.

Tapi, penting buat kamu tahu kalau kepemilikan aset ini juga termasuk aset yang sebenernya nggak dipunya secara fisik sama perusahaan, misalnya properti atau kendaraan yang disewa perusahaan.

Contohnya, perusahaan mungkin nyewa gedung buat kegiatan operasional atau pakai kendaraan sewaan buat transportasi. Walaupun aset-aset itu nggak dipunya langsung sama perusahaan, manajemen perusahaan harus nyatet dan ngungkapin aset-aset sewa ini di laporan keuangan.

Tugas auditor itu dapetin bukti yang cukup dan pas soal jumlah aset sewa yang udah dikapitalisasi sama perusahaan. Auditor bakal meriksa kontrak sewa, pembayaran sewa, sama dokumen pendukung lainnya buat mastiin kalau aset sewa itu udah dicatet dengan bener dan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku.

Dengan ngelakuin pemeriksaan ini, auditor bisa ngecek kalau laporan keuangan itu nunjukkin secara akurat hak milik aset sama kewajiban yang dipunya perusahaan, termasuk aset-aset yang disewa.

Opini Auditor: Pentingnya dalam Laporan Keuangan

Sebagai auditor, salah satu tugas penting itu ya ngasih pendapat atau opini soal laporan keuangan perusahaan.

Tugas Auditor Memberikan Opini

Tapi, ada beberapa situasi di mana auditor bisa milih buat nggak nyampein opini atau harus ngungkapinnya secara jelas.

Opini auditor itu pernyataan dari ahli yang kira-kira bunyinya, "Menurut pendapat kami, laporan keuangan udah disusun dengan cara yang wajar, di semua aspek material...".

Contoh tadi itu contoh dari opini wajar tanpa pengecualian, yang artinya laporan keuangan perusahaan udah nunjukkin secara akurat kondisi keuangan sama arus kas sesuai aturan yang ada di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Selain itu, auditor juga bisa ngasih opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar, atau opini tidak menyatakan pendapat, tergantung hasil pemeriksaan yang dilakuin.

Opini auditor ini penting soalnya bisa ngasih kepercayaan ke para pihak yang berkepentingan, kayak pemilik perusahaan, investor, sama pihak lain, soal bisa diandelin atau nggaknya laporan keuangan yang disajiin.

Dengan ngasih opini yang objektif dan berdasarkan hasil pemeriksaan yang teliti, auditor punya peran buat jaga transparansi sama integritas di pelaporan keuangan perusahaan.

Tipe Opini Deskripsi
Wajar Tanpa Pengecualian Laporan dipercaya.
Wajar dengan Pengecualian Penyimpangan terbatas.
Tidak Wajar Penyimpangan signifikan.
Alasan Tidak Menyatakan Pendapat 1. Keterkaitan klien.
2. Batasan ruang lingkup.
3. Bukti tidak cukup.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian: Tanda Kepercayaan dalam Laporan Keuangan

Opini ini hasil paling bagus yang bisa dikasih auditor ke perusahaan yang lagi di-audit. Ini nunjukkin kalau proses auditnya udah dilakuin sesuai standar audit yang berlaku. (Biasanya disebut unqualified opinion)

Selain itu, laporan keuangan yang disajiin perusahaan juga udah nurut sama prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di semua hal penting.

Opini wajar tanpa pengecualian ini opini yang diharapkan perusahaan karena nandain kalau laporan keuangannya bisa dipercaya, akurat, dan nggak ada penyimpangan material yang gede.

Opini ini ngasih keyakinan ke para pihak yang berkepentingan, kayak pemilik perusahaan, investor, sama pihak lain, kalau laporan keuangan perusahaan udah disajiin dengan jujur, transparan, dan sesuai standar yang berlaku.

Dengan dapet opini wajar tanpa pengecualian, perusahaan bisa ningkatin kepercayaan sama reputasi di mata para pihak yang berkepentingan, yang bisa ngasih dampak positif ke hubungan bisnis, pendanaan, sama pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.

Opini Wajar dengan Pengecualian: Perhatikan Catatan Penting

Opini ini dikasih auditor pas laporan keuangan klien udah disajiin sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, tapi ada beberapa penyimpangan dikit. (Biasanya disebut qualified opinion)

Penyimpangan itu bisa berupa klien nggak pas nerapin Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) atau ada kendala yang bikin auditor susah dapetin bukti yang cukup.

Contohnya, kendala itu bisa kejadian pas perusahaan nggak ngasih izin ke auditor buat ngirim konfirmasi piutang ke pelanggan.

Dengan adanya opini wajar dengan pengecualian, pengguna laporan keuangan kayak investor mungkin jadi kurang yakin atau kepercayaan mereka jadi lebih rendah ke info yang disajiin di laporan keuangan.

Opini ini nunjukkin adanya penyimpangan yang nggak signifikan tapi perlu diperhatiin, jadi para pihak yang berkepentingan diharapkan buat perhatiin catatan pengecualian yang ada di laporan keuangan.

Walaupun ada penyimpangan dikit, laporan keuangan itu masih bisa ngasih gambaran yang lumayan akurat soal kondisi keuangan perusahaan, tapi dengan catatan ada beberapa aspek yang perlu diperhatiin khusus.

Penting buat para pengguna laporan keuangan buat perhatiin dan ngertiin opini wajar dengan pengecualian ini biar bisa ngambil keputusan yang lebih bijak dan berdasarkan info yang lengkap.

Opini Tidak Wajar: Peringatan Serius bagi Perusahaan

Dari namanya aja udah ketahuan ya, opini ini ngasih nilai yang kurang bagus buat perusahaan yang di-audit. (Ini biasa disebut opini adverse)

Opini tidak wajar dikasih auditor pas laporan keuangan perusahaan nggak nurut sama standar akuntansi yang berlaku umum.

Opini ini cuma dikasih kalau ada penyimpangan yang gede banget di laporan keuangan, yang bisa ngaruh ke pemahaman sama penilaian yang bener soal kondisi keuangan perusahaan.

Penyimpangan itu bisa berupa perusahaan nggak patuh nerapin standar akuntansi, ngakalin angka, atau ngabaiin aturan yang ada di PSAK.

Pas opini tidak wajar dikasih, ini nunjukkin kalau laporan keuangan perusahaan nggak bisa diandelin dan nggak nunjukkin kondisi keuangan yang sebenernya.

Pengguna laporan keuangan, kayak investor atau pihak terkait, harus hati-hati pas bikin keputusan berdasarkan info itu.

Opini tidak wajar ini jadi peringatan serius buat perusahaan biar benerin praktik akuntansinya dan mastiin laporan keuangannya nurut standar yang berlaku.

Sebagai pihak yang berkepentingan, penting buat ngerti akibat dari opini tidak wajar ini dan ngelakuin analisis yang lebih teliti serta dapetin info tambahan sebelum ngambil keputusan yang nyangkut perusahaan itu.

Alasan untuk Tidak Menyatakan Pendapat Auditor

Auditor bisa milih buat nggak ngasih pendapat (*disclaimer*) soal laporan keuangan sebuah perusahaan. Ada beberapa alesan yang bisa jadi penyebabnya, yaitu:

  • Keterkaitan dengan Klien: Auditor punya hubungan yang bisa ngaruh ke independensinya pas ngasih pendapat objektif. Misalnya, kalau auditor punya kepentingan duit atau hubungan pribadi yang deket banget sama perusahaan yang di-audit, ini bisa ngurangin independensinya.
  • Batasan Ruang Lingkup Material: Kadang, auditor ngadepin batasan di ruang lingkup audit yang lumayan gede. Ini bisa kejadian pas ada batasan akses ke info yang dibutuhin, perubahan gede di jadwal selesai, atau kurangnya sumber daya yang cukup buat ngejalanin audit dengan baik. Di situasi kayak gitu, auditor mungkin nggak bisa nyelesaiin semua program auditnya dan akhirnya nggak bisa ngasih pendapat.
  • Bukti yang Tidak Cukup: Auditor butuh bukti yang cukup dan pas buat ngebentuk pendapatnya. Kalau auditor nggak bisa ngumpulin bukti yang cukup buat dukung kalau laporan keuangannya udah pas, misalnya karena ada salah catet atau dokumen yang relevan nggak ada, ya auditor nggak bisa ngasih pendapat yang pas.

Pilihan buat nggak nyatain pendapat ini nunjukkin kalau auditor nggak bisa ngasih keyakinan soal bisa diandelin atau nggaknya laporan keuangan itu. Ini penting buat dimengerti sama pengguna laporan keuangan, biar mereka bisa ngambil langkah yang pas pas nerjemahin info yang ada.

Uji Kejelianmu: Opini Apa yang Akan Kamu Berikan?

Nah, setelah kita kupas tuntas jenis-jenis opini yang bisa diterbitin auditor, mulai dari yang paling 'adem ayem' sampai yang 'gawat darurat', sekarang giliran kamu nih yang ambil keputusan! Anggap aja kamu udah selesai nge-audit, udah ngumpulin semua bukti, dan udah ngecek semua asersi manajemen.

Di bawah ini ada 'mini-game' simulasi. Kamu bakal dihadapkan pada beberapa skenario temuan audit yang berbeda. Tugasmu adalah memilih jenis opini audit yang menurutmu paling pas untuk tiap skenario tersebut. Ini cara asyik buat ngelatih insting dan pemahamanmu soal kapan auditor ngasih opini tertentu. Nggak ada nilai jelek kok, yang penting coba dan paham! Siap jadi auditor andal sehari?

🤔 Tantangan Opini Auditor 🧐

Kamu sudah menyelesaikan proses audit PT. Cemerlang Jaya! Sekarang, waktunya merumuskan opini audit berdasarkan temuanmu. Ada beberapa skenario di depan mata. Pilih opini yang paling tepat!

Penutup

Salah satu tujuan audit laporan keuangan itu ngasih opini yang bisa dipercaya soal layaknya sebuah laporan keuangan. Dengan adanya opini itu, para pengguna laporan keuangan bakal dapet info yang bisa diandelin buat bikin keputusan yang pas.

Auditor punya beberapa tugas penting buat nilai layaknya laporan keuangan. Pertama, mereka harus nilai relevan sama nggaknya bukti yang dipakai. Bukti yang relevan dan bisa dipercaya itu penting banget buat ngasih keyakinan ke benarnya laporan keuangan.

Selanjutnya, auditor juga harus nguji asersi yang dibilang sama manajemen perusahaan. Auditor meriksa apakah laporan keuangan nunjukkin dengan bener fakta-fakta yang ada, kayak adanya transaksi yang kejadian sama kepemilikan aset yang dilaporin.

Dalam praktik audit yang baik, auditor harus jaga independensinya dan nggak boleh ngebiarin kesalahan atau pelanggaran yang kejadian pas nyajiin laporan keuangan. Kasus Enron, yang jadi salah satu skandal keuangan terkenal, itu contoh gagalnya auditor ngejalanin tugasnya dengan bener.

Tugas terakhir auditor itu ngasih opini. Opini itu pendapat auditor yang bilang apakah laporan keuangan udah disajiin secara wajar sesuai standar akuntansi yang berlaku.

Tapi, perlu kamu tahu kalau tulisan ini cuma ngejelasin tugas-tugas umum yang dilakuin auditor. Tahap audit yang lebih detail itu ngelibatin perikatan audit, perencanaan audit, penilaian risiko, ngumpulin bukti, sama pelaporan audit. Semua tahap ini jadi bagian penting buat mastiin kalau audit dilakuin secara menyeluruh dan objektif.

Terakhir nih, sebelum saya tutup tulisan ini, biar kamu lebih paham soal audit laporan keuangan dan tahu pengalaman auditor pas ngadepin situasi unik, kamu bisa baca pengalaman saya di tulisan yang judulnya "Temuan dalam Audit Keuangan: Kasus Tanah Tak Direklasifikasi di Neraca."

Segitu dulu ya tulisan saya soal beberapa tugas auditor pas nge-audit laporan keuangan.

Stay safe and stay healthy. Take care!

Ardya
Ardya Accountant. Financial Consultant. Blogger
Ad
📚 This Week's Must-Reads! Cekidot, Guys! 📚

Advertisement

Advertisement

Promosi

🧠 Buka Rahasia Uang di The Psychology of Money!

Kaya bukan soal pintar, tapi soal perilaku. Buku fenomenal ini bongkar cara berpikir orang sukses soal uang—dan bisa jadi game-changer hidupmu.
Eksklusif dari Gramedia Official Store!