Menghitung Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan

Tingkat pertumbuhan berkelanjutan (sustainable rate of growth) itu pertumbuhan penjualan perusahaan, tapi rasio keuangannya tetep dijaga kayak sekarang, dan nggak nerbitin saham baru.
Rumus buat nyari tingkat pertumbuhan berkelanjutan (g), dengan asumsi aset sama kewajibannya tumbuh selevel sama penjualan, itu gini:
\(g = ROE \times (1 - \text{Rasio Pembayaran Dividen})\)
Dari rumus itu, artinya tingkat pertumbuhan berkelanjutan dipengaruhi sama beberapa faktor yang dipunya perusahaan.
Contohnya kayak distribusi dividen, perputaran aset, sampai struktur modal.
Pertumbuhan Berkelanjutan: ROE dalam Evaluasi Kinerja Keuangan
Buat ngitung tingkat pertumbuhan berkelanjutan, pertama-tama, kita perlu ngukur dulu kinerja profitabilitas perusahaan.
Nah, buat ngukur kinerja laba perusahaan, ada beberapa rasio yang bisa dipakai. Contohnya ada Return on Assets (ROA) sama Return on Equity (ROE).
ROA itu ngukur laba per rupiah nilai aset, kalau ROE ngukur laba per rupiah nilai ekuitas.
Karena nguntungin pemegang saham, ROE itu, dalam akuntansi, jadi ukuran kinerja yang paling dasar.
ROE dihitung pakai rumus ini:
\(ROE = \frac{{\text{Laba Bersih}}}{{\text{Total Ekuitas}}}\)
Makanya, hubungan antara ROE sama ROA bisa dijelasin dengan cara ngaliin ROE sama Aset / Aset (ini nggak ngubah apa-apa kok):
\(ROE = \frac{{\text{Laba Bersih}}}{{\text{Ekuitas}}} \times \frac{{\text{Aset}}}{{\text{Aset}}}\)
\(ROE = \frac{{\text{Laba Bersih}}}{{\text{Aset}}} \times \frac{{\text{Aset}}}{{\text{Ekuitas}}}\)
Coba perhatiin deh!
ROE itu hasil kali dari dua rasio keuangan, yaitu ROA sama equity multiplier.
ROA dihitung dengan bagi laba bersih perusahaan sama total asetnya.
Nah, kalau equity multiplier, yang ngukur aset perusahaan yang dibiayain pakai ekuitas saham, dihitung dengan bagi total aset sama total ekuitas.
Pertumbuhan Berkelanjutan: Rasio Retensi dan Pendanaan
Pas ngitung tingkat pertumbuhan berkelanjutan, analis perlu tahu dulu rasio retensi perusahaan. Ini nyambung sama seberapa banyak laba yang bisa dipakai buat dukung investasi perusahaan.
Pakai laba buat investasi perusahaan itu namanya pendanaan internal, soalnya duitnya bukan dari nerbitin saham ataupun nerbitin obligasi.
Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR) itu persentase laba bersih yang dibagiin sebagai dividen ke pemegang saham.
DPR dihitung pakai rumus berikut:
\(DPR = \frac{{\text{Dividen}}}{{\text{Laba Bersih}}}\)
Terus, kamu bisa ngitung porsi laba bersih yang ditahan sama perusahaan pakai cara ini:
\(Laba \, Ditahan = 1 - DPR\)
Rasio laba ditahan itu biasa disebut juga rasio retensi atau rasio plowback.
Menghitung Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan
Setelah kamu tahu soal ROA, equity multiplier, ROE, sama rasio retensi, baru deh kamu bisa ngitung tingkat pertumbuhan berkelanjutan (g).
Ini data-data rasio keuangan dari tiga perusahaan:
PT | ROA (%) | Equity Multiplier | ROE (%) | Rasio Retensi (%) | g (%) |
---|---|---|---|---|---|
A | 10 | 4 | 40 | 60 | 24 |
B | 10 | 4 | 40 | 100 | 40 |
C | 10 | 2 | 20 | 100 | 20 |
Bedanya perusahaan A sama perusahaan B itu, perusahaan A bayar 40 persen pendapatannya sebagai dividen, nah kalau perusahaan B dengan rasio retensi 100 persen, nahan semua labanya.
Hasilnya, dengan tingkat ROE yang sama, perusahaan B, yang punya tambahan sumber dana ekuitas internal 100 persen dari laba bersih, bisa tumbuh sampai 1,7 kali lipat dibanding perusahaan A yang cuma nahan laba 60 persen dari laba bersihnya.
Terus, antara perusahaan B sama C, walaupun sama-sama nahan laba 100 persen, tapi perusahaan B bisa tumbuh 2 kali lipat di atas perusahaan C.
Kalau kamu perhatiin, perusahaan B ngebiayain asetnya cuma pakai 25 persen ekuitas (1/4), nah kalau perusahaan C ngebiayain 50 persen asetnya pakai ekuitas (1/2).
Kesimpulan
Dari contoh kasus di atas, kamu bisa lihat kan kalau pertumbuhan perusahaan tanpa nerbitin saham baru itu dipengaruhi banget sama struktur modal dan rasio laba ditahan.
Tapi, di rumus buat nyari pertumbuhan berkelanjutan dengan ngaliin ROE sama rasio retensi itu, ada tiga asumsi yang harus terpenuhi.
Pertama, persentase aset perusahaan terhadap penjualan harus tetep konstan.
Kedua, persentase kewajiban perusahaan terhadap penjualan juga harus tetep sama.
Artinya, manajemen perlu naikin pinjaman perusahaan sebanding sama penjualan biar rasio utang terhadap aset nggak berubah.
Terakhir, yang ketiga, porsi dividen yang dikasih ke pemegang saham harus tetep konstan, nggak peduli tingkat penjualan perusahaannya gimana.
Tiga asumsi itu cuma perkiraan simpel di atas kertas, jadi nggak sepenuhnya nunjukkin pertumbuhan berkelanjutan yang beneran di perusahaan.
Selain itu, laba yang dipakai sebagai dasar hitungan cuma berdasarkan laporan laba rugi yang punya keterbatasan.
Walaupun gitu, ngitung tingkat pertumbuhan berkelanjutan bisa ngasih info yang berguna buat perusahaan pas ngerencanain keuangannya.
Stay safe and stay healthy. Take care!