Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Mengenal Beberapa Analisis Rasio Keuangan

Mengenal Beberapa Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang bertujuan untuk mengujur kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan akun-akun di laporan keuangan.

Analisis ini sering digunakan oleh para analis fundamental untuk menentukan kelayakan investasi pada saham suatu perusahaan.

Informasi-informasi yang ada pada laporan keuangan dapat menggambarkan efektifitas dan efisiensi dari manajemen dalam mengelola perusahaan. 

Beberapa kinerja keuangan perusahaan yang biasa diukur adalah terkait likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas.

Likuiditas mengindikasikan seberapa baik suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Profitabilitas mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Aktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan aset-asetnya untuk menghasilkan penjualan.

1. Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mengelola kas untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. 

Pengukuran tersebut sangat penting. Misalnya, suatu perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya kepada supplier pada jangka pendek, tentu perusahaan memiliki masalah terkait going concern.

Angka-angka untuk menghitung rasio likuiditas dapat kamu temukan di neraca atau balance sheet. Likuiditas berkaitan dengan kewajiban jangka pendek atau kewajiban dengan jangka waktu di bawah satu tahun.

Jadi, angka-angka yang perlu kamu perhatikan adalah angka-angka pada aset lancar seperti kas dan setara kas, piutang usaha, dan persediaan, serta kewajiban lancar seperti utang dagang, utang wesel, utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode bersangkutan, uang muka, hingga utang gaji.

1.1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Kamu dapat menghitung rasio lancar (current ratio) dengan membagi aset lancar (current assets) dengan kewajiban lancar (current liabilities).

Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities

Asumsikan suatu perusahaan memiliki current assets senilai 200 juta dan current liabilities senilai 100 juta, maka current ratio-nya adalah sebesar 2 (200 juta / 100 juta). 

Rasio lancar sebesar 2 berarti aset lancar perusahaan dua kali lipat dari kewajiban lancarnya. Jadi, perusahaan memiliki dua kali lebih banyak aset jangka pendek yang bisa diubah menjadi kas dibandingkan dengan kewajiban jangka pendeknya.

Memiliki rasio lancar sebesar 2 menandakan kondisi keuangan yang baik bagi perusahaan. Ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam posisi yang baik untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tanpa terlalu bergantung pada pinjaman atau penjualan aset jangka panjang. Semakin tinggi rasio lancar, semakin stabil perusahaan.

Namun, perlu diingat juga bahwa rasio lancar yang terlalu tinggi juga dapat menunjukkan penggunaan aset yang tidak efisien. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa perusahaan memiliki kelebihan kas atau persediaan yang tidak digunakan dengan efektif. Oleh karena itu, meskipun rasio lancar sebesar 2 umumnya dianggap baik, penting juga untuk menganalisis indikator keuangan lainnya dan membandingkannya dengan industri.

1.2. Rasio Cepat (Acid Test Ratio)

Rasio cepat (Acid test ratio) merupakan versi konservatif dari analisis rasio lancar (current ratio)

Dasar dari rasio ini adalah tidak semua current assets itu likuid atau mudah dikonversi menjadi kas. Contohnya adalah inventory atau persediaan barang dagang. Inventory perlu terlebih dahulu dijual ke pelanggan, dan bila penjualan tersebut dilakukan secara kredit, setelah terjual pun masih perlu effort dan waktu lebih untuk menagih piutang tersebut ke pelanggan.

Untuk menghitung acid test ratio, pertama-tama tambahkan kas dan setara kas, piutang dagang, dan investasi-investasi jangka pendek. Selanjutnya, hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan kewajiban jangka pendek atau current liabilities.

Acid Test Ratio = (Kas + Piutang Dagang + Investasi Jangka Pendek) / Current Liabilities

Asumsikan suatu perusahaan memiliki current assets senilai 200 juta dan persediaan barang dagang senilai 50 juta. Artinya, total current assets di luar inventory adalah senilai 150 juta (200 juta - 50 juta). Kemudian, nilai tersebut dibagi dengan current liabilities sebesar 100 juta, maka akan didapatkan nilai rasio cepat atau acid test ratio sebesar 1,5.

Secara teori, perusahaan dengan nilai current ratio paling tidak 2 dan nilai acid test ratio paling tidak 1, memiliki kemampuan yang baik untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya. 

1.3. Modal Kerja Bersih (Working Capital)

Formula untuk menghitung moda kerja bersih (working capital) sangatlah sederhana, yaitu current assets dikurang dengan current liabilities

Asumsikan suatu perusahaan memilki current assets senilai 130 juta dan current liabilities senilai 60 juta, maka working capital adalah sebesar 70 juta (130 juta - 60 juta).

Dari perhitungan tersebut kamu dapat menyimpulkan bahwa perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki working capital yang positif. 

Saat bisnis sedang buruk, perusahaan tentu membutuhkan kas yang cukup di bank untuk membayar tagihan-tagihannya. Bayangkan bila perusahaan tidak memilki kas yang positif, tentu saja untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, kas akan diperoleh melalui pinjaman yang akan menimbulkan kewajiban jangka pendek lainnya berupa utang bunga yang semakin membebani perusahaan.

Beberapa perusahaan yang pernah saya kerjakan laporan keuangannya yang memiliki modal kerja bersih yang kurang baik, biasanya, untuk mencari kas segera guna membayar kewajiban jangka pendeknya, melakukannya dengan menagih piutang usaha ke client dengan cara yang cukup keras ataupun memaksakan penjualan inventory dengan diskon yang cukup besar. 

2. Analisis Rasio Profitabilitas

Melihat profit atau laba suatu perusahaan pada satu periode, tidak akan banyak memberikan informasi mengenai kinerjanya dalam menghasilkan laba. Oleh sebab itu, kamu memerlukan suatu analisis untuk melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Analisis ini biasa disebut dengan analisis trend.

Suatu perusahaan bisa saja mengalami kondisi yang tidak dapat dikontrol pada suatu periode yang mungkin saja meningkatkan atau menurunkan labanya jauh dari kondisi normal. Seperti misalnya, pada tahun 2020, perusahaan mengalami kinerja yang buruk karena adanya pandemi, tentu saja kita tidak bisa langsung menghakimi bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang buruk dalam menghasilkan profit

Dari hal tersebut, melakukan analisis trend bagi para analis, tentu saja dapat memberikan insight lebih atas kinerja perusahaan dibandingkan dengan melakukan analisis rasio keuangan pada suatu periode saja. Idealnya, periode yang dianalisis adalah lima hingga sepuluh tahun.

2.1. Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)

Tingkat pengembalian investasi atau return on investment (ROI) adalah suatu analisis rasio keuangan yang biasa digunakan oleh investor untuk mengukur seberapa baik investasi mereka pada suatu perusahaan. 

ROI seringkali dijadikan dasar pengambilan suatu keputusan untuk menjual atau membeli suatu saham perusahaan. 

Secara pengertian, return on investment (ROI) mengukur seberapa baik manajemen perusahaan mengelola aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Output dari perhitungan ROI berupa persentase yang memberikan suatu insight mengenai kompetensi manajemen dan kinerja profitabilitas perusahaan dibandingkan dengan kompetitor atau perusahaan sejenis yang berada di sektor atau industri yang sama.

Adapun untuk menentukan tingkat pengembalian investasi (ROI ) suatu perusahaan, kamu dapat menggunakan beberapa metode. 

Metode yang pertama yaitu:

ROI = Laba Bersih / Rata-rata Total Aset

Laba bersih adalah bottom line atau apa yang tersisa dari pendapatan suatu perusahaan pada suatu periode, yaitu pendapatan (sales) dikurang dengan harga pokok penjualan, beban-beban operasional, bunga, dan pajak pada suatu periode. Informasi mengenai laba bersih dapat ditemukan pada laporan laba rugi.

Rata-rata total aset merupakan rata-rata antara nilai aset pada awal periode dengan nilai aset pada akhir periode. Jadi, bila aset perusahaan pada awal periode sebesar 100 juta dan pada akhir periode sebesar 150 juta, maka rata-rata total asetnya adalah senilai 125 juta (100 + 150 juta  /  2). Untuk informasi aset, kamu dapat menemukannya pada neraca perusahaan.

Dengan memakai rata-rata aset di atas, apabila laba perusahaan adalah sebesar 50 juta, maka ROI perusahaan tersebut adalah senilai 40% (50 juta / 125 juta).

Kemudian, untuk mencari ROI, kamu juga dapat menggunakan metode ke-2, yaitu:

ROI = Pendapatan Operasional / Rata-rata Aset Operasional

Pada metode ini, perhitungan tidak menggunakan laba bersih, tetapi menggunakan pendapatan operasional, yang juga merupakan komponen yang berada di laporan laba rugi.

Pendapatan operasional adalah pendapatan perusahaan dikurang dengan harga pokok penjualan dan beban operasional. Pendapatan ini sering juga disebut dengan pendapatan sebelum bunga dan pajak atau earning before interest and tax (EBIT). 

EBIT merupakan salah satu laba terpenting dan biasa digunakan dalam menentukan economic value added (EVA).

Aset operasional atau operating assets adalah aset tetap yang dimiliki perusahaan, seperti peralatan, pabrik, properti, dll. Jadi, rata-rata aset operasional adalah aset operasional pada awal periode ditambah aset operasional pada akhir periode kemudian hasilnya dibagi dua. Informasi mengenai aset operasional dapat kamu temukan di neraca perusahaan.

2.2. Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE)

Analisis tingkat pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) bertujuan mengukur laba dari tiap satu rupiah yang diinvestasikan pada suatu saham perusahaan. 

Sama dengan return on investment (ROI), ROE juga direpresentasikan dengan persentase. 

Untuk menentukan ROE, kamu dapat membagi laba bersih dengan ekuitas pemilik. Ekuitas pemilik sendiri merupakan selisih dari aset perusahaan dikurang dengan kewajiban-kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.   

ROE = Laba Bersih / Rata-rata Ekuitas Pemilik

Semakin tinggi nilai return on equity (ROE), semakin efisien perusahaan dalam memanfaatkan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Pada rasio ini yang diukur adalah ekuitas dibandingkan dengan laba, sehingga rasio ini sangat penting bagi para investor. 

Untuk perhitungannya sendiri, asumsikan laba bersih suatu perusahaan adalah sebesar 100 juta dan rata-rata ekuitasnya adalah 220 juta, maka tingkat pengembalian ekuitasnya (ROE) adalah senilai 45,45% (100 juta / 220 juta). 

Sekali lagi, kamu tidak bisa begitu saja menentukan apakah angka tersebut baik atau tidak, tanpa membandingkan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) perusahaan dalam beberapa tahun terakhir dan juga tanpa membandingkan dengan ROE perusahaan lain pada suatu industri yang sama. 

Meski demikian, berlawanan dengan pernyataan saya sebelumnya, ROE sebesar 45,45% bisa dikategorikan baik.

Terakhir, mengenai ROE, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan dan pentingnya tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE), penting untuk menghindari tiga kesalahan umum dalam menginterpretasi ROE. Kamu dapat mempelajari hal ini pada tulisan saya yang berjudul "3 Kesalahan Umum dalam Menginterpretasi ROE."

3. Analisis Rasio Aktivitas

Analisis rasio aktivitas (activity ratio) mengukur seberapa baik perusahaan menggunakan aset-asetnya untuk menghasilkan penjualan. 

Suatu bisnis yang beroperasi dengan efektif dan efisien, secara teori, akan lebih sukses dibanding dengan kompetitor yang kurang efektif dan efisien.

Analisis turnover yang merupakan bagian dari rasio aktivitas menunjukkan seberapa cepat aset keluar masuk di neraca perusahaan. Semakin cepat tentu semakin baik. Untuk mengkalkulasikannya, kamu dapat membagi penjualan dengan rata-rata aset.

Rasio aktivitas, selain mengukur turnover, juga bertujuan untuk mengukur hubungan antara persediaan dengan penjualan dan juga piutang usaha dengan penjualan.

3.1. Turnover Piutang Usaha

Analsisi rasio atas turnover piutang usaha mengukur seberapa cepat perusahaan menagih piutangnya kepada pelanggan. Semakin cepat, semakin baik, karena dapat memastikan ketersediaan kas untuk operasional dan juga untuk membayar kewajiban-kewajiban perusahaan.

Untuk menentukan nilai turnover piutang, formula yang dapat kamu gunakan adalah dengan membagi penjualan dengan rata-rata piutang perusahaan.

Turnover Piutang = Penjualan Kredit Bersih / Rata-rata Piutang Usaha

Asumsikan suatu perusahaan memilki penjualan sebesar 250 juta pada tahun 2019. Piutang usaha pada tanggal 1 Januari adalah sebesar 50 juta dan pada tanggal 31 Desember adalah sebesar 40 juta. Maka, rata-rata piutang usahanya adalah sebesar 45 juta. Sehingga dengan demikian turnover piutangnya adalah sebesar 5,55 (250 juta / 45 juta).

Cara lain untuk menghitung turnover piutang adalah dengan mengukur rata-rata periode penagihan piutang usaha. Hal ini bertujuan untuk menentukan jumlah hari penjualan kredit yang tersisa di piutang usaha. Dengan begitu kamu dapat mengetahui kebijakan kredit dan penagihan suatu perusahaan. Adapun formula untuk menghitungnya adalah dengan membagi piutang usaha perusahaan pada akhir periode dengan rata-rata hari penjualan (penjualan selama satu periode dibagi 365 hari).

Jangka Waktu Penagihan = Piutang Usaha Akhir Periode / Rata-rata Hari Penjualan

Bila kamu ingin mempelajari lebih lanjut mengenai turnover piutang, kamu dapat membacanya pada tulisan saya yang berjudul "Apa Itu Rasio Perputaran Piutang Usaha?"

3.2. Turnover Persediaan

Analisis rasio atas turnover persediaan bertujuan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menangani persediaannya. Semakin sedikit persediaan yang ada di gudang, semakin kecil biaya penyimpanan dan perawatannya, sehingga secara otomatis menurunkan biaya persediaan yang harus dibiayai oleh utang ataupun ekuitas pemilik. 

Meski demikian, kamu perlu mewaspadai nilai persediaan yang terlalu rendah karena memiliki dampak buruk terkait keterlambatan atau ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan dari pelanggan. Selain itu, dengan terlalu rendahnya nilai persediaan, juga dapat menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk memperoleh persediaan dari pemasok dalam waktu cepat.

Formula untuk menghitung turnover persediaan adalah sebagai berikut:

Turnover Persediaan = Penjualan / Rata-rata Persediaan

Asumsikan penjualan suatu perusahaan adalah sebesar 200 juta dan rata-rata persediaan adalah sebesar 45 juta, maka turnover persediaan adalah senilai 4,4 kali (200 juta / 45 juta).

Beberapa analis tidak menggunakan penjualan untuk menghitung turnover persedian, namun menggunakan harga pokok penjulan (HPP). Alasannya adalah karena nilai persediaan di neraca menggunakan harga perolehan bukan harga penjualan.

4. Penutup

Analis rasio keuangan memiliki berbagai macam perhitungan untuk mengukur beberapa kategori kinerja keuangan. Analisis-analisis tersebut tak hanya sebatas yang saya jelaskan pada tulisan ini.

Seluruh rasio keuangan sangat berguna untuk menentukan kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga untuk membantu kamu dalam memahami logika dan hubungan dari masing-masing akun laporan keuangan. 

Rasio-rasio keuangan pada tulisan ini merupakan beberapa rasio yang sering saya gunakan dalam menganalisis suatu laporan keuangan. Kamu bisa mendapatkan informasi terkait analisis dan rasio-rasio keuangan lainnya pada tulisan saya yang berjudul "Analisis Rasio Menggunakan Excel".

Sekian tulisan saya mengenai beberapa analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Stay safe and stay healthy. Take care!

Ardya

Get in touch with me for accounting and financial discussion, training, and services: