Laba Ditahan Negatif
Laba ditahan itu salah satu bagian penting yang nyusun ekuitas perusahaan, selain modal disetor.
Dasarnya sih, perusahaan bisa dapet duit buat modal itu dari luar, misalnya dari nerbitin saham sama surat utang kayak obligasi.
Dua sumber itu, mau saham atau obligasi, bikin perusahaan jadi punya utang ke pihak luar. Jadinya, manajemen nggak sebebas itu lagi buat ngambil keputusan soal investasi atau operasional.
Nah, di sinilah laba ditahan jadi penting banget, soalnya ini satu-satunya sumber duit yang asalnya dari dalem perusahaan sendiri.
Laba Ditahan: Pentingnya Dalam Struktur Perusahaan
Laba ditahan itu kumpulan untung bersih yang dihasilin perusahaan dari pertama kali berdiri, yang nggak dibagiin sebagai dividen ke pemegang sahamnya.
Artinya, laba ditahan itu emang sengaja ditahan perusahaan buat nguatin modalnya (ekuitas), biar bisa biayain kegiatan operasional atau investasi perusahaan.
Dengan pakai laba ditahan, perusahaan bisa ngurangin campur tangan pihak luar, jadi manajemennya lebih bebas nentuin kebijakan.
Nilai laba ditahan bisa kamu lihat di neraca, di bagian ekuitas.
Normalnya sih, dan emang seharusnya gitu, laba ditahan itu nilainya positif. Soalnya itu nunjukkin kalau perusahaan berhasil ngumpulin untung selama dia hidup.
Tapi, ada juga kejadian yang bikin nilai laba ditahan jadi negatif.
Laba Ditahan: Implikasi Negatif dan Analisis Keuangan
Kayak yang udah saya jelasin tadi, laba ditahan itu asalnya dari kumpulan untung bersih perusahaan selama dia jalan.
Nah, kalau laba ditahan perusahaan nilainya negatif, artinya perusahaan itu udah ngumpulin rugi yang lebih gede dibanding kumpulan untung bersihnya.
Laba ditahan negatif itu tanda kalau keuangan perusahaan lagi nggak sehat.
Kalau perusahaannya baru satu, dua, atau paling lama tiga tahun, mungkin ini masih bisa dimaklumin lah.
Tapi kalau udah lebih dari itu, ini udah nunjukkin kalau manajemennya nggak becus ngelola perusahaan.
Tapi, kamu juga perlu analisis lebih dalem lagi kalau ada perusahaan yang baru aja investasi gede-gedean buat produk, aset tetap, atau proyek. Ini bisa bikin perusahaan nggak bisa ngasilin untung karena butuh waktu lama buat balik modalnya.
Manajemen Dividen dan Implikasi Laba Ditahan Negatif
Laba ditahan negatif itu nggak selalu gara-gara perusahaan nggak bisa ngumpulin untung. Kadang-kadang, ini gara-gara manajemennya nggak bisa ngitung dividend payout ratio dengan bener.
Misalnya pas perusahaan lagi untung gede di atas rata-rata, bisa jadi manajemennya mutusin buat bagi dividen ke pemegang saham lebih gede dari untung bersihnya.
Ini artinya, perusahaan ngambil cadangan laba ditahan di neraca dari tahun-tahun sebelumnya.
Masalahnya, nggak ada yang pernah tahu apa yang bakal kejadian di masa depan. Nah, pas perusahaan rugi gede, cadangan laba ditahan yang ada jadi nggak cukup buat nutupin kerugian itu, dan akhirnya laba ditahan jadi negatif deh.
Contohnya, laba ditahan PT XYZ di tahun 2021 itu 1 miliar dan di tahun yang sama PT XYZ berhasil dapet untung bersih 500 juta. Manajemen mutusin buat bagi dividen 500 per lembar saham. Jumlah saham yang beredar sendiri ada 1,5 juta lembar.
Artinya, total dividen yang dibagiin itu 750 juta (500 x 1,5 juta lembar saham), jadi nilai laba ditahannya berkurang jadi 250 juta.
Sialnya, di tahun 2022, PT XYZ rugi lumayan gede, yaitu 300 juta. Ini tentu aja bikin laba ditahan PT XYZ di akhir tahun 2022 jadi negatif 50 juta.
Keterangan | Jumlah |
---|---|
Laba Ditahan Tahun 2021 | 1 miliar |
Laba Bersih Tahun 2021 | 500 juta |
Dividen per Lembar Saham | 500 |
Jumlah Lembar Saham Beredar | 1,5 juta |
Total Dividen | 750 juta |
Laba Ditahan Setelah Dividen | 250 juta |
Kerugian Tahun 2022 | 300 juta |
Laba Ditahan Akhir Tahun 2022 | -50 juta |
Ngertiin hal ini bisa bantu manajemen nentuin kebijakan dividen, misalnya jaga porsi dividen yang dibagi atau bahkan kalau perlu nahan semua untungnya buat pertumbuhan perusahaan.
Laba Ditahan Negatif: Implikasi terhadap Keuangan
Laba ditahan itu bagian utama dari ekuitas. Jadi, kalau nilainya negatif, bisa bikin nilai ekuitas jadi kecil.
Itu bakal ngaruh ke sumber dana perusahaan, soalnya investor sama kreditur pasti bakal nanya-nanya dulu sebabnya apa sebelum ngasih duit.
Kalau ini kejadian di perusahaan yang baru mulai atau startup, mungkin masih bisa dimaklumin. Tapi, kalau ini kejadian di perusahaan yang udah lama berdiri, bakal jadi sinyal jelek buat siapa aja yang mau naruh duit di perusahaan itu.
Kreditur yang mau ngasih pinjem pun bakal minta imbal hasil yang gede, begitu juga investor. Saham atau obligasi yang ditawarin bakal dilepas dengan harga diskon. Ini bikin biaya modal jadi mahal.
Akhirnya, perusahaan bakal makin susah dan bisa-bisa kena masalah keuangan yang lebih parah, bahkan sampai bangkrut.
Penutup
Ekuitas itu kekayaan bersih perusahaan. Bagian utamanya itu modal disetor sama laba ditahan.
Modal disetor itu dari setoran pemegang saham, kalau laba ditahan itu dari kumpulan untung bersih perusahaan dikurang dividen.
Nerbitin saham itu nggak bisa sering-sering dilakuin perusahaan, jadi buat jaga nilai ekuitasnya, perusahaan ngandelin banget laba ditahan.
Artinya, perusahaan perlu jalan dalam kondisi untung biar ngasilin laba yang stabil buat jaga nilai ekuitasnya.
Nah, pas laba ditahan nilainya negatif, nilai ekuitas perusahaan bisa jadi kecil dan ini ngaruh ke pandangan investor sama kreditur ke perusahaan.
Masalahnya bakal makin ribet kalau kondisi itu emang gara-gara perusahaan nggak bisa ngasilin untung.
Tanpa untung, perusahaan bakal terus ngandelin duit dari luar, kayak dari investor sama kreditur. Tapi pertanyaannya, apa pihak-pihak itu tertarik sama perusahaan yang kayak gitu? Kalaupun iya, pasti imbalan yang diminta gede banget, jadi biaya modalnya jadi tinggi.
Jual aset perusahaan buat naikin ekuitas, walaupun bukan ide jelek, tapi bisa bikin kemampuan perusahaan buat ngasilin penjualan jadi turun.
Segitu dulu ya tulisan saya soal laba ditahan negatif.